Karya ilmiah adalah laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh seseorang peneliti dengan mengikuti kaidah dan etika keilmuan. Salah satu aspek penting dalam menulis karya ilmiah adalah kaidah kebahasaan, yaitu aturan-aturan bahasa yang harus ditaati oleh penulis agar karya ilmiahnya dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Ada beberapa kaidah kebahasaan yang harus diterapkan dalam karya ilmiah, antara lain:
- Menggunakan kata ganti impersonal, yaitu kata ganti yang tidak bersifat pribadi dan tidak berkaitan dengan seseorang, seperti penulis, peneliti, responden, dsb. Hal ini bertujuan untuk menjaga objektivitas dan netralitas dalam menyampaikan informasi.
- Menggunakan kalimat pasif, yaitu kalimat yang subjeknya mendapatkan tindakan, pemberian, atau perlakuan kata kerja tertentu dalam kegiatannya. Hal ini juga untuk menghindari kesan subjektif dan menonjolkan objek penelitian.
- Menggunakan bahasa reproduktif, yaitu bahasa yang maksudnya diterima dengan makna yang sama oleh pembaca. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan bahasa yang lugas, jelas, dan tidak ambigu (bermakna ganda).
- Menggunakan bahasa denotatif, yaitu bahasa yang maknanya didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif. Bahasa denotatif berlawanan dengan bahasa konotatif, yaitu bahasa yang maknanya didasarkan atas pengalaman pribadi atau kelompok tertentu dan bersifat subjektif.
- Menggunakan kata baku, yaitu kata yang sesuai dengan kaidah ejaan dan tata bahasa yang berlaku. Hal ini untuk menjaga keseragaman dan keteraturan dalam penulisan.
Dari kaidah-kaidah kebahasaan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang bukan kaidah kebahasaan karya ilmiah yaitu menggunakan kata konotasi. Kata konotasi adalah kata yang memiliki makna tambahan selain makna dasarnya, biasanya berupa makna emosional, nilai, atau penilaian. Contoh kata konotasi adalah: merah (bermakna dasar warna, bermakna tambahan marah, berani, dsb), bunga (bermakna dasar bagian tanaman, bermakna tambahan wanita cantik, dsb), dsb.
Menggunakan kata konotasi dalam karya ilmiah dapat menimbulkan kesalahpahaman atau ketidaksesuaian antara maksud penulis dan pemahaman pembaca. Selain itu, kata konotasi juga dapat mengurangi objektivitas dan keilmiahan dalam menyajikan informasi. Oleh karena itu, penulis karya ilmiah harus menghindari penggunaan kata konotasi dan lebih memilih kata denotasi yang lebih lugas dan jelas.