Bank sentral adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter di suatu negara. Kebijakan moneter adalah cara untuk mengontrol inflasi dan menstabilkan nilai mata uang negara. Dalam melaksanakan kebijakan moneter, bank sentral melakukan berbagai kegiatan seperti mengubah suku bunga, memperluas atau mempersempit jumlah uang yang beredar, dan membeli atau menjual surat-surat berharga pemerintah.
Tugas pengendalian moneter dari bank sentral dimaksudkan untuk menjaga kestabilan harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kestabilan harga berarti inflasi yang rendah dan stabil, sehingga tidak mengganggu daya beli masyarakat dan kesehatan sektor riil. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berarti pertumbuhan yang tinggi, merata, dan inklusif, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, bank sentral menerapkan kerangka kerja kebijakan moneter yang disebut Inflation Targeting Framework (ITF). ITF adalah suatu kerangka kerja kebijakan moneter yang menetapkan kisaran target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode kedepan dan diumumkan kepada publik sebagai perwujudan dari komitmen dan akuntabilitas bank sentral. ITF diimplementasikan dengan menggunakan suku bunga kebijakan sebagai sinyal kebijakan moneter dan suku bunga pasar uang antarbank untuk jangka waktu overnight di Indonesia – IndONIA (Indonesia Overnight Index Average) sebagai sasaran operasional.
Dengan menetapkan sasaran inflasi yang eksplisit dan diumumkan secara transparan, bank sentral memberikan sinyal kepada masyarakat dan pelaku pasar mengenai arah kebijakan moneter yang akan diambil. Bank sentral juga melakukan komunikasi yang efektif dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menjelaskan alasan-alasan di balik keputusan kebijakan moneter dan dampaknya terhadap perekonomian. Selain itu, bank sentral juga melakukan koordinasi dengan pemerintah dan lembaga-lembaga lain untuk menciptakan sinergi dalam mencapai tujuan bersama.
Salah satu tantangan dalam melaksanakan kebijakan moneter adalah adanya efek tunda atau time lag antara saat kebijakan moneter diterapkan dengan saat dampaknya terasa di perekonomian. Oleh karena itu, bank sentral harus bersikap forward looking, yaitu memperhatikan perkembangan ekonomi makro dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi inflasi di masa depan. Bank sentral juga harus fleksibel dalam merespons dinamika dan perubahan kondisi ekonomi yang terjadi.
Tugas pengendalian moneter dari bank sentral sangat penting bagi stabilitas ekonomi makro dan mikro. Kebijakan moneter yang tepat dapat menjaga inflasi pada tingkat yang rendah dan stabil, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk domestik, menarik investasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi kemiskinan. Kebijakan moneter juga dapat membantu mengatasi gejolak ekonomi global yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang, arus modal, neraca pembayaran, dan cadangan devisa.
Oleh karena itu, peran bank sentral sebagai otoritas moneter harus didukung oleh kemandirian, transparansi, akuntabilitas, profesionalisme, dan integritas. Bank sentral harus bebas dari campur tangan politik maupun tekanan eksternal dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Bank sentral juga harus bertanggung jawab atas hasil-hasil yang dicapai dalam menjalankan tugasnya. Bank sentral harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, sistem informasi yang andal, serta tata kelola yang baik.