Jalan cepat adalah salah satu cabang olahraga atletik yang menuntut disiplin dan presisi langkah kaki. Dalam jalan cepat, atlet harus selalu menjaga kontak dengan tanah dan tidak boleh berlari. Selain itu, atlet juga harus memperhatikan teknik gerakan kaki, tangan, pinggul, dan bahu agar dapat berjalan cepat dengan efisien dan efektif.
Dalam jalan cepat, terdapat empat fase atau tahapan gerakan yang harus dilakukan oleh atlet, yaitu fase tumpuan dua kaki, fase tarikan, fase relaksasi, dan fase dorongan. Fase-fase ini saling berkaitan dan berpengaruh terhadap kecepatan dan irama langkah kaki.
Fase tumpuan dua kaki adalah ketika kedua kaki menyentuh tanah secara bersamaan karena selesainya dorongan badan dan kaki serta tarikan. Fase ini harus dilakukan dengan cepat agar tidak mengurangi momentum gerakan.
Fase tarikan adalah ketika kaki belakang ditarik maju agar menyentuh tanah setelah kaki depan. Fase ini dilakukan dengan tumit kaki sebagai perkenaan utama pada tanah. Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan dorongan selanjutnya.
Fase relaksasi adalah ketika pinggang sejajar dengan bahu dan lengan mengarah vertikal atau ke atas. Fase ini terjadi ketika melangkahkan kaki ke depan serta menarik kaki belakang ke depan. Fase ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan otot dan menghemat energi.
Fase dorongan adalah suatu posisi yang mana kaki belakang mengayun ke depan dalam jalan cepat. Fase ini juga disebut sebagai topang belakang. Fase ini dilakukan dengan memberi dorongan ke tubuh serta kaki dengan menggunakan pangkal paha dan betis. Fase ini bertujuan untuk mempercepat langkah kaki dan meningkatkan jarak tempuh.
Dengan mengetahui dan menguasai empat fase gerakan dalam jalan cepat, atlet dapat meningkatkan performa dan prestasinya dalam perlombaan. Jalan cepat bukan hanya sekadar berjalan, tetapi juga membutuhkan teknik, latihan, dan stamina yang baik.