Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dipasarkan kepada konsumen. Biaya produksi terdiri dari tiga komponen utama, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi dengan tujuan untuk:
- Menentukan harga pokok produk. Harga pokok produk adalah jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produk. Harga pokok produk menjadi dasar untuk menetapkan harga jual produk yang sesuai dengan pasar dan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
- Mengukur kinerja perusahaan. Biaya produksi dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam hal efisiensi, produktivitas, dan kualitas. Dengan menghitung biaya produksi, perusahaan dapat mengetahui apakah proses produksi berjalan sesuai dengan rencana, anggaran, dan standar yang ditetapkan.
- Mengendalikan biaya produksi. Biaya produksi dapat dikendalikan dengan melakukan pencatatan, penyimpanan, dan pelaporan transaksi yang berkaitan dengan proses produksi. Dengan demikian, perusahaan dapat mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan, penyimpangan, dan ketidaksesuaian yang terjadi dalam proses produksi dan melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
- Menyusun perencanaan bisnis. Biaya produksi dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk menyusun perencanaan bisnis, seperti proyeksi penjualan, anggaran produksi, analisis break even point, dan analisis kelayakan investasi. Dengan demikian, perusahaan dapat menentukan strategi dan kebijakan yang tepat untuk mencapai tujuan bisnisnya.
Cara Menghitung Biaya Produksi
Untuk menghitung biaya produksi, perusahaan dapat menggunakan salah satu dari dua metode berikut:
- Metode biaya produksi penuh (full costing). Metode ini mengalokasikan semua biaya produksi, baik yang bersifat tetap maupun variabel, ke dalam produk jadi. Metode ini cocok digunakan oleh perusahaan yang memiliki tingkat produksi yang stabil dan tidak terlalu dipengaruhi oleh fluktuasi permintaan pasar.
- Metode biaya produksi variabel (variable costing). Metode ini hanya mengalokasikan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam produk jadi, sedangkan biaya produksi yang bersifat tetap dianggap sebagai biaya periode. Metode ini cocok digunakan oleh perusahaan yang memiliki tingkat produksi yang fluktuatif dan sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar.
Rumus untuk menghitung biaya produksi dengan metode biaya produksi penuh adalah:
Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead Pabrik
Rumus untuk menghitung biaya produksi dengan metode biaya produksi variabel adalah:
Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variabel
Contoh Perhitungan Biaya Produksi
Berikut adalah contoh perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode biaya produksi penuh dan metode biaya produksi variabel:
PT XYZ adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil. Pada bulan Januari 2023, perusahaan tersebut memiliki data sebagai berikut:
- Persediaan bahan baku awal: Rp 50.000.000
- Pembelian bahan baku: Rp 200.000.000
- Persediaan bahan baku akhir: Rp 40.000.000
- Biaya tenaga kerja langsung: Rp 150.000.000
- Biaya tenaga kerja tidak langsung: Rp 50.000.000
- Biaya overhead pabrik tetap: Rp 100.000.000
- Biaya overhead pabrik variabel: Rp 75.000.000
- Persediaan barang dalam proses awal: Rp 25.000.000
- Persediaan barang dalam proses akhir: Rp 20.000.000
- Persediaan produk jadi awal: Rp 30.000.000
- Persediaan produk jadi akhir: Rp 35.000.000
- Jumlah produk yang dihasilkan: 10.000 unit
Dengan menggunakan metode biaya produksi penuh, biaya produksi PT XYZ adalah:
Biaya Bahan Baku = (Persediaan Bahan Baku Awal + Pembelian Bahan Baku) – Persediaan Bahan Baku Akhir
Biaya Bahan Baku = (Rp 50.000.000 + Rp 200.000.000) – Rp 40.000.000
Biaya Bahan Baku = Rp 210.000.000
Biaya Tenaga Kerja = Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Tenaga Kerja = Rp 150.000.000 + Rp 50.000.000
Biaya Tenaga Kerja = Rp 200.000.000
Biaya Overhead Pabrik = Biaya Overhead Pabrik Tetap + Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya Overhead Pabrik = Rp 100.000.000 + Rp 75.000.000
Biaya Overhead Pabrik = Rp 175.000.000
Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead Pabrik
Biaya Produksi = Rp 210.000.000 + Rp 200.000.000 + Rp 175.000.000
Biaya Produksi = Rp 585.000.000
Dengan menggunakan metode biaya produksi variabel, biaya produksi PT XYZ adalah:
Biaya Bahan Baku = (Persediaan Bahan Baku Awal + Pembelian Bahan Baku) – Persediaan Bahan Baku Akhir
Biaya Bahan Baku = (Rp 50.000.000 + Rp 200.000.000) – Rp 40.000.000
Biaya Bahan Baku = Rp 210.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 150.000.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel = Rp 75.000.000
Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya Produksi = Rp 210.000.000 + Rp 150.000.000 + Rp 75.000.000
Biaya Produksi = Rp 435.000.000
Dengan demikian, harga pokok produk per unit dengan metode biaya produksi penuh adalah:
Harga Pokok Produk per Unit = (Biaya Produksi + Persediaan Barang dalam Proses Awal – Persediaan Barang dalam Proses Akhir) / Jumlah Produk yang Dihasilkan
Harga Pokok Produk per Unit = (Rp 585.000.000 + Rp 25.000.000 – Rp 20.000.000) / 10.000 unit
Harga Pokok Produk per Unit = Rp 59.000
Sedangkan, harga pokok produk per unit dengan metode biaya produksi variabel adalah:
Harga Pokok Produk per Unit = (Biaya Produksi + Persediaan Barang dalam Proses Awal – Persediaan Barang dalam Proses Akhir) / Jumlah Produk yang Dihasilkan
Harga Pokok Produk per Unit = (Rp 435.000.000 + Rp 25.000.000 – Rp 20.000.000) / 10.000 unit
Harga Pokok Produk per Unit = Rp 44.000