Parindra atau Partai Indonesia Raya adalah salah satu organisasi pergerakan nasional yang berdiri pada tahun 1935. Organisasi ini merupakan hasil penggabungan antara Boedi Oetomo, Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), Sarekat Sumatra, Tirtajasa, dan Partai Sarekat Celebes. Parindra dipimpin oleh Dr. Soetomo, tokoh pendiri Boedi Oetomo dan PBI.
Latar Belakang Pendirian Parindra
Parindra didirikan sebagai upaya untuk menyatukan berbagai organisasi nasionalis yang memiliki tujuan bersama, yaitu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Organisasi-organisasi ini sebelumnya memiliki perbedaan pandangan dan strategi dalam bergerak, namun menyadari pentingnya persatuan dan solidaritas di tengah kondisi politik yang semakin sulit.
Boedi Oetomo adalah organisasi tertua yang lahir pada tahun 1908 sebagai pelopor kebangkitan nasional. Awalnya, organisasi ini bergerak di bidang sosial, pendidikan, dan kebudayaan, serta tidak terlibat dalam politik. Namun sejak tahun 1924, Boedi Oetomo mulai mengalami perubahan arah dan menjajal jalan radikal dengan menuntut pemerintahan sendiri bagi Indonesia.
PBI adalah organisasi yang dibentuk oleh Soetomo pada tahun 1930 setelah keluar dari Boedi Oetomo. PBI merupakan kelanjutan dari Studie Club Indonesia yang didirikan pada tahun 1924 sebagai wadah diskusi dan penelitian tentang masalah-masalah bangsa. PBI memiliki visi untuk menciptakan Indonesia Raya yang merdeka dan bersatu.
Sarekat Sumatra adalah organisasi yang berdiri pada tahun 1927 di Medan sebagai cabang dari Sarekat Islam (SI). Organisasi ini bergerak di bidang ekonomi, sosial, dan politik dengan mengusung semangat Islam dan nasionalisme. Sarekat Sumatra memiliki basis massa yang besar di Sumatera Utara.
Tirtajasa adalah organisasi yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1929 di Yogyakarta. Organisasi ini merupakan cabang dari Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan nasional yang mengajarkan nilai-nilai kebudayaan Jawa dan Indonesia. Tirtajasa bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda yang berjiwa patriotik dan mandiri.
Partai Sarekat Celebes adalah organisasi yang muncul pada tahun 1931 di Makassar sebagai pecahan dari SI. Organisasi ini menekankan pentingnya kerjasama antara kaum nasionalis dan agamis dalam perjuangan kemerdekaan. Partai Sarekat Celebes memiliki pengaruh yang kuat di Sulawesi Selatan.
Proses Pendirian Parindra
Proses pendirian Parindra dimulai dengan adanya usulan dari Soetomo untuk melakukan fusi antara Boedi Oetomo dan PBI pada tahun 1934. Usulan ini mendapat dukungan dari beberapa tokoh nasionalis lainnya, seperti Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Agus Salim, dan Ki Hadjar Dewantara. Mereka berharap bahwa fusi ini akan menjadi contoh bagi organisasi-organisasi lain untuk bersatu dalam satu wadah.
Pada bulan Desember 1935, kongres fusi antara Boedi Oetomo dan PBI diselenggarakan di Surabaya. Dalam kongres ini, juga diundang perwakilan dari Sarekat Sumatra, Tirtajasa, dan Partai Sarekat Celebes. Setelah melalui diskusi dan negosiasi, akhirnya tercapai kesepakatan untuk membentuk organisasi baru bernama Parindra.
Parindra dipilih sebagai nama organisasi karena mencerminkan cita-cita untuk mewujudkan Indonesia Raya yang merdeka dan bersatu. Parindra juga memiliki arti “pemimpin rakyat” dalam bahasa Sanskerta. Dalam kongres fusi tersebut, Soetomo terpilih sebagai ketua umum Parindra, sedangkan Mohammad Hatta sebagai sekretaris jenderal.
Tujuan dan Perjuangan Parindra
Parindra memiliki tujuan utama untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dengan cara damai dan konstitusional. Parindra juga bertekad untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku, agama, ras, atau golongan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Parindra melakukan berbagai kegiatan dan strategi, antara lain:
- Mengadakan rapat-rapat umum untuk menyebarkan semangat nasionalisme dan kesadaran politik kepada rakyat.
- Mengirimkan delegasi-delegasi ke Volksraad (dewan perwakilan rakyat) untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutan rakyat Indonesia.
- Mengadakan kerjasama dengan organisasi-organisasi lain yang sejalan dengan visi Parindra, seperti Partindo (Partai Indonesia), Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), Pendidikan Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dll.
- Mengadakan aksi-aksi boikot terhadap produk-produk Belanda sebagai bentuk protes terhadap kebijakan-kebijakan kolonial yang merugikan rakyat Indonesia.
- Mengadakan aksi-aksi solidaritas terhadap perjuangan rakyat di daerah-daerah lain yang mengalami penindasan atau pemberontakan, seperti Aceh, Banten, Kalimantan Barat, dll.
- Mengadakan aksi-aksi simpatik terhadap perjuangan rakyat di negara-negara lain yang juga menghadapi penjajahan atau imperialisme, seperti India, China, Mesir, dll.
Akhir Perjuangan Parindra
Perjuangan Parindra berlangsung hingga tahun 1942 saat Jepang menginvasi Indonesia dan menggulingkan pemerintahan Belanda. Jepang melarang segala bentuk aktivitas politik dari organisasi-organisasi nasionalis termasuk Parindra. Sebagian besar pemimpin dan anggota Parindra ditangkap atau dibunuh oleh Jepang karena dianggap sebagai ancaman bagi kepentingan Jepang.
Meskipun demikian, Parindra telah memberikan kontribusi besar bagi pergerakan nasional Indonesia. Parindra telah menunjukkan bahwa persatuan dan solidaritas antara berbagai organisasi nasionalis adalah hal yang penting dan mungkin untuk dicapai. Parindra juga telah menumbuhkan semangat perjuangan rakyat Indonesia melalui berbagai aksi dan strategi yang damai namun tegas.
Parindra merupakan salah satu tonggak sejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Parindra merupakan bukti bahwa rakyat Indonesia tidak diam saja menghadapi penjajahan Belanda maupun Jepang. Rakyat Indonesia telah berani bersuara dan berani berjuang demi cita-cita Indonesia Raya.