Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berdiri pada abad ke-13 hingga abad ke-16. Kerajaan ini terletak di pesisir utara Sumatera, tepatnya di Kota Lhokseumawe, Aceh. Kerajaan ini didirikan oleh Nazimuddin al-Kamil, seorang laksamana dari Mesir yang mengangkat Marah Silu sebagai sultan pertama dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir, yang berkuasa dari tahun 1326-1345. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan studi Islam karena didatangi banyak pedagang dan ulama dari berbagai negara seperti India, Arab, Cina, dan lain-lain. Kerajaan ini juga meluaskan pengaruhnya ke daerah pedalaman dan sekitarnya, serta menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Malaka, Demak, dan Usmani.
Lalu, apa saja faktor pendukung perkembangan kerajaan Samudera Pasai berkembang pesat? Berikut adalah beberapa faktor yang dapat kita sebutkan:
Faktor Geografis
Salah satu faktor pendukung perkembangan kerajaan Samudera Pasai adalah letak geografisnya yang strategis. Kerajaan ini terletak di dekat Selat Malaka, yang merupakan jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Asia dan Eropa. Dengan demikian, kerajaan ini dapat memanfaatkan posisinya sebagai tempat singgah dan berdagang bagi para pedagang asing yang melintasi selat tersebut.
Selain itu, kerajaan ini juga memiliki pelabuhan yang baik dan aman untuk kapal-kapal besar. Pelabuhan ini terletak di muara Sungai Pasangan (Pasai), yang terbagi menjadi dua kota yaitu Samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Pelabuhan ini menjadi pusat aktivitas ekonomi dan sosial kerajaan, serta tempat bertemunya berbagai budaya dan agama.
Faktor Ekonomi
Faktor lain yang mendukung perkembangan kerajaan Samudera Pasai adalah faktor ekonomi. Kerajaan ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti emas, perak, rempah-rempah, kayu, rotan, damar, gading, dan lain-lain. Sumber daya alam ini menjadi komoditas ekspor yang diminati oleh para pedagang asing, terutama dari India, Arab, dan Cina.
Kerajaan ini juga memiliki sistem perdagangan yang maju dan teratur. Kerajaan ini menggunakan mata uang emas dinar dan perak dirham sebagai alat tukar yang diakui secara internasional. Kerajaan ini juga menerapkan sistem pajak dan bea cukai yang adil dan efektif untuk mengatur arus barang masuk dan keluar pelabuhan.
Faktor Agama
Faktor selanjutnya yang mendukung perkembangan kerajaan Samudera Pasai adalah faktor agama. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara yang menganut ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Kerajaan ini menjadikan Islam sebagai dasar hukum dan pemerintahan, serta mendorong penyebaran Islam di wilayahnya dan sekitarnya.
Kerajaan ini juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Kerajaan ini memiliki banyak ulama dan sarjana yang berasal dari dalam dan luar negeri. Beberapa nama terkenal di antaranya adalah Syekh Ismail (utusan Syarif dari Mekah), Syekh Nuruddin Ar-Raniri (ulama dari Gujarat), Syekh Hamzah Fansuri (penyair sufi), Syekh Abdurrauf Singkel (ulama dari Aceh), dan lain-lain.
Kerajaan ini juga memiliki banyak karya tulis yang berkaitan dengan agama Islam, seperti kitab fiqh, tafsir, tasawuf, sejarah, geografi, bahasa, sastra, dan lain-lain. Beberapa karya tulis terkenal di antaranya adalah Hikayat Raja-raja Pasai (kronik sejarah kerajaan), Bustanus Salatin (kitab fiqh), Syair Burdah (puisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW), Syair Siak (puisi tentang kota Siak), dan lain-lain.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa faktor pendukung perkembangan kerajaan Samudera Pasai berkembang pesat. Faktor-faktor tersebut adalah faktor geografis (letak strategis di dekat Selat Malaka dan memiliki pelabuhan baik), faktor ekonomi (sumber daya alam melimpah dan sistem perdagangan maju), dan faktor agama (menganut Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam).
