Pulau Elba: Pulau Tempat Pengasingan Napoleon Zaman Penjajahan Dahulu

Pulau Elba: Pulau Tempat Pengasingan Napoleon Zaman Penjajahan Dahulu

Posted on

Napoleon Bonaparte adalah salah satu tokoh sejarah dunia yang paling terkenal. Ia adalah jenderal dan kaisar Perancis yang berkuasa pada awal abad ke-19. Ia dikenal sebagai seorang jenderal revolusioner yang berhasil mengubah wajah politik dan sosial Eropa dengan perang-perangnya. Namun, ia juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang haus kekuasaan dan ambisi, yang membuatnya harus menghadapi koalisi negara-negara Eropa yang menentangnya.

Pada tahun 1814, setelah mengalami serangkaian kekalahan perang, Napoleon Bonaparte dilengserkan dari takhtanya dan diasingkan oleh Inggris ke sebuah pulau di Laut Tengah. Pulau tempat pengasingan Napoleon zaman penjajahan dahulu yaitu Pulau Elba. Pulau ini terletak di wilayah Toscana, Italia, dan memiliki luas sekitar 224 km2. Pulau ini memiliki kekayaan mineral, pemandangan alam yang indah, dan iklim yang hangat.

Mengapa Pulau Elba Dipilih sebagai Tempat Pengasingan Napoleon?

Pemilihan Pulau Elba sebagai tempat pengasingan Napoleon bukanlah tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan ini, antara lain:

Baca Juga:  Nglorod: Proses Meluruhkan Warna Cairan Malam ke dalam Air Mendidih dalam Pembuatan Batik

Bagaimana Kehidupan Napoleon di Pulau Elba?

Meskipun diasingkan, Napoleon tidak tinggal diam di Pulau Elba. Ia tetap aktif dan produktif dalam mengurus pulau tersebut. Ia melakukan berbagai pembangunan dan perbaikan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, pertanian, industri, dan pertambangan. Ia juga membentuk pasukan militer baru yang terdiri dari tentara-tentara Prancis yang setia kepadanya, serta penduduk lokal pulau. Ia bahkan mendesain bendera baru untuk pulau tersebut, yaitu bendera putih dengan garis merah melintang dan tiga lebah emas di tengah.

Selain itu, Napoleon juga menjalin hubungan baik dengan penduduk pulau. Ia sering berkeliling pulau dengan berkuda atau berjalan kaki, menyapa dan berbincang dengan orang-orang yang ia temui. Ia juga mengadakan pesta-pesta dan acara-acara sosial untuk menghibur diri dan penduduk pulau. Ia bahkan menikahi seorang wanita cantik dari pulau tersebut, yaitu Maria Walewska, yang merupakan mantan selirnya.

Namun, di balik semua itu, Napoleon tetap merindukan tanah airnya dan mengikuti perkembangan politik di Eropa. Ia menyadari bahwa koalisi negara-negara Eropa yang mengalahkannya tidak stabil dan rentan pecah. Ia juga mengetahui bahwa rakyat Prancis tidak puas dengan pemerintahan Louis XVIII yang kembali menjadi raja setelah ia dilengserkan. Ia pun mulai merencanakan untuk kembali ke Prancis dan merebut kembali kekuasaannya.

Baca Juga:  Mekanisme Efek Rumah Kaca yang Normal Sebenarnya Sangat Diperlukan Bagi Kehidupan di Bumi Karena…

Bagaimana Napoleon Melarikan Diri dari Pulau Elba?

Pada tanggal 26 Februari 1815, setelah 10 bulan tinggal di Pulau Elba, Napoleon berhasil melarikan diri dari pengasingannya. Ia memanfaatkan kesempatan ketika kapal-kapal perang Inggris yang menjaganya sedang tidak ada di sekitar pulau karena cuaca buruk. Ia juga mendapat bantuan dari beberapa perwira Prancis yang menyamar sebagai pedagang.

Napoleon bersama pasukannya yang berjumlah sekitar 1.000 orang naik ke atas sebuah kapal dagang bernama Inconstant, serta beberapa kapal lainnya yang lebih kecil. Mereka berlayar menuju Prancis dengan menyusuri pantai Italia. Mereka berhasil menghindari pengejaran kapal-kapal perang Inggris dan Austria yang mengetahui kaburnya Napoleon.

Pada tanggal 1 Maret 1815, Napoleon mendarat di Teluk Juan, dekat Cannes, Prancis. Ia kemudian bergerak menuju Paris dengan menarik dukungan dari rakyat dan tentara Prancis di sepanjang jalan. Ia berhasil mencapai Paris pada tanggal 20 Maret 1815 tanpa menemui perlawanan yang berarti. Ia pun kembali menjadi kaisar Prancis untuk kedua kalinya.

Namun, kepulangan Napoleon ini tidak disambut baik oleh negara-negara Eropa lainnya. Mereka menganggap Napoleon sebagai musuh bersama yang harus ditumpas. Mereka pun membentuk koalisi baru untuk melawannya dalam perang yang dikenal sebagai Perang Seratus Hari. Perang ini berakhir dengan kekalahan telak Napoleon dalam Pertempuran Waterloo pada tanggal 18 Juni 1815.

Setelah itu, Napoleon kembali dilengserkan dan diasingkan oleh Inggris ke sebuah pulau yang lebih jauh dan lebih terpencil dari Pulau Elba. Pulau tersebut adalah Pulau St Helena di Samudra Atlantik Selatan. Di sana ia menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal pada tanggal 5 Mei 1821.

Baca Juga:  Mengenal Kehidupan Sosial Budaya di Negara Brunei Darussalam

Kesimpulan

Pulau tempat pengasingan Napoleon zaman penjajahan dahulu yaitu Pulau Elba di Italia. Pulau ini dipilih karena alasan strategis, politis, dan humanis oleh Inggris yang menyingkirkan Napoleon dari takhtanya pada tahun 1814 setelah ia mengalami serangkaian kekalahan perang.

Napoleon tinggal di Pulau Elba selama 10 bulan dan menjalani kehidupan yang aktif dan produktif dalam mengurus pulau tersebut. Ia juga menjalin hubungan baik dengan penduduk pulau dan menikahi seorang wanita lokal.

Namun, Napoleon tetap merindukan tanah airnya dan mengikuti perkembangan politik di Eropa. Ia pun melarikan diri dari pengasingannya pada tanggal 26 Februari 1815 dengan bantuan beberapa perwira Prancis yang menyamar sebagai pedagang.

Ia kembali menjadi kaisar Prancis untuk kedua kalinya setelah berhasil mencapai Paris tanpa menemui perlawanan yang berarti. Namun, ia harus menghadapi koalisi negara-negara Eropa lainnya yang membentuk Perang Seratus Hari untuk melawannya.

Ia akhirnya kalah dalam Pertempuran Waterloo pada tanggal 18 Juni 1815 dan kembali dilengserkan dan diasingkan oleh Inggris ke sebuah pulau yang lebih jauh dan lebih terpencil dari Pulau Elba yaitu Pulau St Helena di Samudra Atlantik Selatan.

Di sana ia menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal pada tanggal 5 Mei 1821.

Pos Terkait: