Akulturasi adalah proses percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Akulturasi dapat terjadi ketika ada kontak yang berkepanjangan antara kelompok budaya yang berbeda. Dalam sejarah Indonesia, akulturasi telah terjadi antara budaya lama dengan budaya Islam yang masuk sejak abad ke-7 Masehi.
Budaya lama di Indonesia adalah budaya yang berkembang sebelum masuknya Islam. Budaya lama ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha yang datang dari India sejak abad ke-1 Masehi. Budaya lama ini mencakup berbagai aspek seperti seni, arsitektur, sastra, agama, adat istiadat, dan sistem sosial.
Budaya Islam adalah budaya yang berkembang setelah masuknya Islam di Indonesia. Budaya Islam ini dipengaruhi oleh kebudayaan Arab, Persia, India, dan Tiongkok yang dibawa oleh para pedagang, ulama, dan penyebar agama Islam. Budaya Islam ini mencakup berbagai aspek seperti aqidah, syariah, ibadah, seni, ilmu pengetahuan, dan politik.
Proses akulturasi antara budaya lama dengan budaya Islam dapat berlangsung karena adanya faktor-faktor seperti:
- Faktor geografis: Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki letak strategis di jalur perdagangan internasional. Hal ini memudahkan masuknya pengaruh budaya dari luar, termasuk budaya Islam.
- Faktor sosial: Masyarakat Indonesia memiliki sifat terbuka dan toleran terhadap kebudayaan baru. Masyarakat Indonesia juga memiliki kesadaran akan persamaan hak dan kewajiban sebagai manusia. Hal ini membuat mereka menerima ajaran Islam yang mengajarkan persaudaraan dan kesetaraan.
- Faktor politik: Penguasa-penguasa lokal di Indonesia melihat Islam sebagai sarana untuk memperkuat legitimasi dan otoritas mereka. Mereka juga melihat Islam sebagai alat untuk melawan penjajahan kolonial Belanda dan Portugis. Hal ini membuat mereka mendukung penyebaran Islam di wilayah mereka.
Hasil dari proses akulturasi antara budaya lama dengan budaya Islam dapat dilihat dari berbagai bidang seperti:
- Bidang seni: Terdapat banyak karya seni yang merupakan perpaduan antara seni lokal dengan seni Islam. Contohnya adalah masjid-masjid yang memiliki arsitektur khas daerah seperti Masjid Menara Kudus, Masjid Agung Demak, Masjid Raya Baiturrahman, dan Masjid Cheng Hoo. Contoh lainnya adalah seni ukir dan pahat yang menggabungkan motif-motif lokal dengan kaligrafi Arab seperti ukiran pada gapura Candi Bentar, relief pada Candi Penataran, dan patung pada Makam Sunan Giri.
- Bidang sastra: Terdapat banyak karya sastra yang merupakan perpaduan antara sastra lokal dengan sastra Islam. Contohnya adalah syair-syair yang menggunakan bahasa daerah dengan tema-tema keislaman seperti Syair Hamzah Fansuri, Syair Burdah, Syair Siti Zubaidah Perang Cina, dan Syair Perahu. Contoh lainnya adalah hikayat-hikayat yang mengisahkan kisah-kisah para nabi, sahabat, wali, dan tokoh-tokoh Islam seperti Hikayat Nabi Yusuf, Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah, dan Hikayat Hang Tuah.
- Bidang adat istiadat: Terdapat banyak adat istiadat yang merupakan perpaduan antara adat istiadat lokal dengan adat istiadat Islam. Contohnya adalah upacara-upacara yang berkaitan dengan kelahiran, perkawinan, kematian, dan hari-hari besar Islam seperti aqiqah, akad nikah, talak cerai, tahlilan, Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, Asyura, dan Isra Mi’raj. Contoh lainnya adalah tradisi-tradisi yang berkaitan dengan kepercayaan dan kesenian seperti ruwatan, selamatan, kenduri, slametan, nyadran, reog Ponorogo, wayang kulit, tari topeng Cirebon, dan tari saman.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses akulturasi antara budaya lama dengan budaya Islam telah berlangsung sejak lama di Indonesia. Proses akulturasi ini telah menciptakan kebudayaan Indonesia yang khas dan beragam. Kebudayaan Indonesia ini merupakan warisan yang harus kita lestarikan dan kembangkan sebagai identitas bangsa.