Nokia adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia yang berasal dari Finlandia. Nokia dikenal sebagai produsen ponsel yang sukses menguasai pasar global selama lebih dari satu dekade. Namun, sejak kemunculan iPhone pada tahun 2007, Nokia mulai kehilangan pamornya dan terus mengalami penurunan penjualan, pangsa pasar, dan nilai saham. Pada tahun 2013, Nokia akhirnya menjual divisi ponselnya kepada Microsoft dan fokus pada bisnis jaringan telekomunikasi.
Apa yang menyebabkan Nokia gagal bersaing di era smartphone? Apa permasalahan yang dihadapi Nokia dari sudut manajemen inovasi dan perubahan? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengacu pada beberapa studi kasus dan analisis yang telah dilakukan oleh para peneliti dan akademisi.
Faktor Eksternal
Permasalahan yang dihadapi Nokia tidak hanya berasal dari dalam perusahaan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan bisnis, industri, dan pasar. Beberapa faktor eksternal yang berdampak pada kinerja Nokia adalah:
- Perubahan teknologi. Teknologi telekomunikasi berkembang sangat cepat dan menuntut perusahaan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan dan preferensi konsumen. Nokia gagal mengantisipasi dan merespon perubahan teknologi yang terjadi, terutama dalam hal sistem operasi, layar sentuh, aplikasi, dan internet. Nokia terlambat memasuki pasar smartphone dan tidak mampu menawarkan produk yang kompetitif dengan iPhone atau Android.
- Persaingan ketat. Nokia menghadapi persaingan yang sangat ketat dari perusahaan-perusahaan baru maupun lama yang bergerak di bidang telekomunikasi. Selain Apple yang menjadi pionir smartphone, Nokia juga harus bersaing dengan Samsung, HTC, Huawei, Xiaomi, dan lain-lain yang menawarkan produk-produk berkualitas dengan harga yang lebih murah. Nokia tidak mampu mempertahankan diferensiasi produknya dan kehilangan loyalitas konsumen.
- Perkembangan gaya hidup. Gaya hidup masyarakat juga berubah seiring dengan perkembangan teknologi. Konsumen tidak hanya menginginkan ponsel sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat hiburan, informasi, sosial, dan personal. Konsumen juga lebih menyukai produk-produk yang memiliki desain menarik, fungsi lengkap, dan mudah digunakan. Nokia tidak mampu memenuhi harapan konsumen tersebut dan kalah bersaing dengan produk-produk lain yang lebih sesuai dengan gaya hidup modern.
Faktor Internal
Selain faktor-faktor eksternal, permasalahan yang dihadapi Nokia juga berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi kinerja Nokia adalah:
- Kurangnya visi. Nokia tidak memiliki visi yang jelas dan kuat tentang arah dan tujuan perusahaan di masa depan. Nokia tidak memiliki strategi yang konsisten untuk menghadapi tantangan dan peluang di pasar telekomunikasi. Nokia sering berubah-ubah keputusan dalam hal produk, sistem operasi, mitra bisnis, dan target pasar. Nokia juga tidak memiliki pemimpin yang karismatik dan visioner yang dapat menginspirasi karyawan dan konsumen.
- Kegagalan berinovasi. Nokia tidak mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang signifikan dan berdampak pada industri telekomunikasi. Nokia tidak memiliki budaya inovasi yang kuat dan mendukung kreativitas karyawan. Nokia juga tidak memiliki proses inovasi yang efektif dan efisien yang dapat menghasilkan produk-produk unggulan dengan cepat dan tepat. Nokia juga tidak memiliki mekanisme feedback dan evaluasi yang dapat meningkatkan kualitas produk dan layanan.
- Kekacauan organisasi. Nokia memiliki struktur organisasi yang kompleks dan birokratis yang menghambat koordinasi, komunikasi, dan kolaborasi antara unit-unit bisnis, fungsi-fungsi, dan tingkat-tingkat manajemen. Nokia juga memiliki budaya kerja yang mencekam dan menakutkan yang membuat karyawan tidak berani mengungkapkan pendapat, gagasan, atau masalah yang dihadapi. Nokia juga memiliki sistem reward dan punishment yang tidak adil dan tidak transparan yang menimbulkan ketidakpuasan dan konflik di antara karyawan.
Strategi Nokia ke Depan
Setelah menjual divisi ponselnya kepada Microsoft, Nokia masih beroperasi sebagai perusahaan telekomunikasi yang fokus pada bisnis jaringan, teknologi, dan lisensi paten. Nokia berusaha untuk memulihkan reputasinya sebagai perusahaan inovatif dan kompetitif di industri telekomunikasi. Beberapa strategi yang dijalankan Nokia untuk menghadapi masa depan adalah:
- Meningkatkan investasi pada penelitian dan pengembangan. Nokia menyadari bahwa inovasi adalah kunci untuk bertahan dan berkembang di industri telekomunikasi yang dinamis. Nokia meningkatkan anggaran untuk penelitian dan pengembangan produk-produk baru, terutama dalam bidang jaringan 5G, internet of things, cloud computing, artificial intelligence, dan augmented reality.
- Membangun kemitraan strategis. Nokia menyadari bahwa tidak dapat berdiri sendiri dalam menghadapi persaingan global. Nokia membentuk kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan lain yang memiliki keahlian, sumber daya, atau pasar yang saling melengkapi. Beberapa contoh kemitraan strategis yang dibangun Nokia adalah dengan Huawei, Ericsson, Intel, Samsung, Google, Amazon, dan Facebook.
- Mengembalikan merek ponsel. Nokia tidak sepenuhnya meninggalkan bisnis ponselnya. Nokia memberikan lisensi mereknya kepada HMD Global, sebuah perusahaan baru yang didirikan oleh mantan eksekutif Nokia. HMD Global bertanggung jawab untuk merancang, memproduksi, dan memasarkan ponsel-ponsel dengan merek Nokia. Ponsel-ponsel tersebut menggunakan sistem operasi Android dan menargetkan pasar menengah ke bawah.
Kesimpulan
Nokia adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia yang mengalami kemunduran akibat perubahan lingkungan bisnis, industri, dan pasar. Nokia menghadapi permasalahan dari sudut manajemen inovasi dan perubahan yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal maupun internal. Nokia berusaha untuk bangkit kembali dengan melakukan beberapa strategi untuk meningkatkan inovasi, kemitraan, dan mereknya.