Perjanjian Saragosa: Penyelesaian Konflik Spanyol dan Portugis di Maluku

Perjanjian Saragosa: Penyelesaian Konflik Spanyol dan Portugis di Maluku

Posted on
Perjanjian Saragosa: Penyelesaian Konflik Spanyol dan Portugis di Maluku

 

Maluku merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang kaya akan rempah-rempah, seperti cengkeh, pala, dan kayu manis. Rempah-rempah ini sangat diminati oleh bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-16, karena memiliki nilai ekonomi dan kesehatan yang tinggi. Oleh karena itu, banyak negara Eropa yang berusaha untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Salah satunya adalah Portugis dan Spanyol, dua negara tetangga yang bersaing untuk menjadi kekuatan maritim terbesar di dunia. Kedua negara ini telah membuat perjanjian pada tahun 1494, yang dikenal sebagai Perjanjian Tordesillas, untuk membagi dunia menjadi dua wilayah pengaruh. Spanyol mendapatkan wilayah barat garis demarkasi, sedangkan Portugis mendapatkan wilayah timur.

Namun, perjanjian ini tidak berjalan lancar, karena kedua negara tidak mengetahui secara pasti batas-batas wilayah mereka. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik ketika kedua negara bertemu di Maluku, yang merupakan pusat produksi rempah-rempah.

Kedatangan Spanyol dan Portugis di Maluku

Portugis merupakan negara Eropa pertama yang berhasil mencapai Maluku pada tahun 1512. Mereka disambut oleh Raja Ternate, yang saat itu sedang berseteru dengan Tidore, kerajaan tetangga. Raja Ternate meminta bantuan Portugis untuk membangun benteng pertahanan di pulau tersebut. Sebagai imbalannya, Raja Ternate memberikan hak monopoli perdagangan rempah-rempah kepada Portugis.

Baca Juga:  Organisasi yang Didirikan oleh Belanda untuk Memonopoli Perdagangan serta Memperkuat Kedudukannya di Nusantara adalah VOC

Sementara itu, Spanyol juga melakukan ekspedisi ke arah timur untuk mencari jalan alternatif ke India. Pada tahun 1521, mereka tiba di Filipina dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Tidore. Di sana, mereka disambut oleh Raja Tidore, yang merupakan musuh dari Ternate. Raja Tidore juga memberikan hak monopoli perdagangan rempah-rempah kepada Spanyol.

Dengan demikian, terjadilah konflik antara Spanyol dan Portugis di Maluku. Portugis menuduh Spanyol telah melanggar Perjanjian Tordesillas, karena mereka menganggap Maluku termasuk dalam wilayah kekuasaan mereka. Spanyol membantah tuduhan tersebut, karena mereka menganggap Maluku termasuk dalam wilayah kekuasaan mereka.

Perjanjian Saragosa: Isi dan Dampak

Untuk menyelesaikan konflik tersebut, kedua negara sepakat untuk mengadakan perundingan baru pada tahun 1529. Perundingan ini dilakukan di kota Saragosa (Zaragoza), Spanyol, dan melibatkan perwakilan dari kedua negara, yaitu:

  • Raja John III dari Portugis
  • Kaisar Charles V dari Spanyol

Perundingan ini menghasilkan sebuah perjanjian baru yang disebut sebagai Perjanjian Saragosa. Isi dari perjanjian ini antara lain adalah:

Baca Juga:  Perbedaan Tujuan Antara Imperialisme Modern dan Imperialisme Kuno

Perjanjian Saragosa memiliki dampak sebagai berikut:

  • Spanyol meninggalkan Maluku dan memusatkan kegiatannya di Filipina
  • Portugis menjadi penguasa tunggal di Maluku sesuai dengan perjanjian dengan Raja Ternate
  • Perdagangan rempah-rempah di Maluku tetap dikuasai oleh Portugis hingga abad ke-17

Demikianlah penjelasan tentang Perjanjian Saragosa, sebuah perjanjian yang menyelesaikan konflik antara Spanyol dan Portugis di Maluku. Perjanjian ini menunjukkan betapa pentingnya rempah-rempah bagi bangsa-bangsa Eropa pada masa itu.

Pos Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *