Indonesia merupakan negara yang berada di jalur gempa teraktif di dunia, yaitu Cincin Api Pasifik. Di sekitar jalur ini, terdapat banyak gunung api yang tersebar dari Sumatra hingga Papua. Gunung api ini memiliki potensi untuk meletus dan menyebabkan bencana bagi masyarakat di sekitarnya.
Pada awal tahun 2021 ini, beberapa gunung api di Indonesia menunjukkan kenaikan aktivitas vulkanik, seperti Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Sinabung, dan lain-lain. Letusan gunung api ini dapat mengeluarkan abu vulkanik, lava, gas panas, batu-batu pijar, dan material lainnya yang dapat merusak lingkungan dan mengancam keselamatan manusia.
Lalu apa yang menyebabkan gunung api bisa meletus? Menurut Dr. Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., volkanolog dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi aktivitas gunung api, yaitu:
- Kondisi di bawah dapur magma, yaitu adanya pasokan magma baru yang terbentuk akibat proses tektonik seperti subduksi, palung, pemekaran lantai samudra, atau titik panas. Magma baru ini akan bergabung dengan magma lama di dalam dapur magma dan menyebabkan kelebihan volume yang harus dikeluarkan melalui letusan.
- Kondisi di dalam dapur magma, yaitu adanya proses kristalisasi magma akibat penurunan suhu. Magma yang sudah terkristal lebih berat dan akan tenggelam ke dasar ruang magma. Hal ini akan mendorong sisa magma ke atas dan menambah tekanan pada penutup ruang magma. Letusan terjadi saat penutupnya tidak lagi mampu menahan tekanan. Proses ini juga bisa terganggu jika dapur magma ambruk dan menyebabkan erupsi tiba-tiba.
- Kondisi di atas permukaan gunung, yaitu adanya faktor eksternal seperti perubahan pasang-surut akibat gerhana bulan atau matahari. Perubahan ini dapat mempengaruhi tekanan pada kerak bumi dan memicu letusan gunung api.
Peristiwa naiknya aktivitas gunung api ini tentunya harus diwaspadai oleh masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana. Untuk itu, perlu adanya upaya mitigasi bencana gunung api yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Mitigasi bencana gunung api adalah usaha untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. Mitigasi ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
- Penataan ruang, yaitu pengaturan penggunaan lahan sesuai dengan tingkat kerawanan bencana. Misalnya dengan menetapkan zona-zona aman dan larangan untuk mendirikan bangunan atau melakukan aktivitas di daerah yang berpotensi terkena dampak letusan gunung api.
- Pengaturan pembangunan, yaitu pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum yang memperhatikan aspek keselamatan dan ketahanan terhadap bencana. Misalnya dengan membangun jalan evakuasi, pos pengamatan gunung api, sistem peringatan dini, tempat penampungan sementara, dan lain-lain.
- Tata bangunan, yaitu pembangunan rumah atau gedung yang sesuai dengan standar kualitas dan ketentuan teknis yang berlaku. Misalnya dengan menggunakan bahan bangunan yang tahan panas dan tekanan, serta memiliki desain yang memudahkan evakuasi jika terjadi bencana.
- Peningkatan kesadaran masyarakat, yaitu upaya untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang potensi bahaya dan cara menghadapi bencana gunung api. Misalnya dengan melakukan sosialisasi, simulasi, latihan kesiapsiagaan, serta membentuk kelompok-kelompok relawan.
Dengan melakukan mitigasi bencana gunung api secara komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari peristiwa naiknya aktivitas gunung api yang bisa berakibat pada kebencanaan.