Penyebab Kemunduran Ilmu Pengetahuan Islam pada Masa Daulah Abbasiyah

Penyebab Kemunduran Ilmu Pengetahuan Islam pada Masa Daulah Abbasiyah

Posted on

Daulah Abbasiyah adalah dinasti yang berkuasa di dunia Islam dari tahun 750 M hingga 1258 M. Daulah Abbasiyah menggantikan Daulah Umayyah yang tumbang akibat pemberontakan yang dipimpin oleh Abu al-Abbas as-Saffah. Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan al-Ma’mun ar-Rasyid (813-833 M), yang dikenal sebagai zaman emas peradaban Islam.

Pada masa ini, ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat di berbagai bidang, seperti tafsir, hadis, fiqh, kalam, filsafat, sastra, sejarah, geografi, matematika, astronomi, kedokteran, kimia, dan lain-lain. Para ilmuwan muslim berkontribusi dalam mengembangkan warisan ilmu pengetahuan dari peradaban sebelumnya, seperti Yunani, Persia, India, dan Romawi. Mereka juga menciptakan karya-karya orisinal yang menjadi rujukan bagi ilmuwan-ilmuwan di dunia Barat.

Namun, kemajuan ilmu pengetahuan Islam tidak berlangsung selamanya. Pada abad ke-13 M, Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh di tangan tentara Mongol yang menyerbu Baghdad pada tahun 1258 M. Selain faktor eksternal, terdapat juga faktor internal yang menyebabkan kemunduran ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah. Berikut adalah beberapa faktor internal tersebut:

  1. Materialisme dan dekadensi moral. Para khalifah dan pejabat Abbasiyah mulai terlena dengan kemewahan dan kenikmatan duniawi. Mereka mengabaikan tanggung jawab mereka dalam menjaga keutuhan dan kemakmuran negara. Mereka juga terlibat dalam korupsi, nepotisme, perselisihan, dan pemberontakan yang melemahkan otoritas dan stabilitas pemerintahan. Akibatnya, rakyat menjadi menderita dan tidak mendapatkan perlindungan dan keadilan.
  2. Ketidakpuasan dan perpecahan umat. Daulah Abbasiyah menghadapi tantangan dari berbagai kelompok dan gerakan yang tidak puas dengan kebijakan dan perlakuan pemerintah. Misalnya, gerakan Syiah yang menuntut hak kepemimpinan dari keturunan Ali bin Abi Thalib, gerakan Khawarij yang menentang kompromi politik antara Ali dan Muawiyah, gerakan Mu’tazilah yang mengkritik doktrin Sunni, dan gerakan Sufi yang menekankan aspek mistisisme Islam. Selain itu, terdapat juga perpecahan antara Arab dan non-Arab, antara pusat dan daerah, serta antara Sunni dan Syiah.
  3. Kurangnya dukungan dan insentif bagi ilmuwan. Pada masa awal Daulah Abbasiyah, para khalifah memberikan dukungan dan insentif bagi ilmuwan muslim untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, seperti Bait al-Hikmah di Baghdad, yang menjadi pusat penerjemahan, penelitian, dan pengajaran. Mereka juga memberikan beasiswa, hadiah, dan penghargaan bagi ilmuwan yang berprestasi. Namun, pada masa-masa selanjutnya, dukungan dan insentif ini berkurang atau bahkan hilang. Para ilmuwan muslim menjadi kurang termotivasi dan terhambat dalam menghasilkan karya-karya ilmiah.
  4. Ketertinggalan dalam teknologi dan inovasi. Meskipun ilmu pengetahuan Islam mencapai kemajuan yang luar biasa, namun tidak diikuti dengan perkembangan teknologi dan inovasi yang signifikan. Para ilmuwan muslim lebih banyak mengandalkan metode observasi, eksperimen, dan kalkulasi daripada menciptakan alat-alat yang dapat mempermudah dan mempercepat proses penemuan. Akibatnya, ilmu pengetahuan Islam menjadi stagnan dan tidak mampu bersaing dengan ilmu pengetahuan Barat yang lebih dinamis dan progresif.
Baca Juga:  Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum di Indonesia

Demikianlah beberapa faktor internal yang menyebabkan kemunduran ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita tentang sejarah peradaban Islam.

Pos Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *