Lebaran adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, terutama umat Islam di Indonesia. Selain sebagai hari kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, Lebaran juga menjadi kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat. Namun, ada satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat dan pemerintah, yaitu kenaikan permintaan uang tunai menjelang Lebaran.
Menurut data Bank Indonesia (BI), kebutuhan uang tunai pada periode Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tahun 2022 diproyeksikan sebesar Rp 174,3 triliun, meningkat 13,4 persen dari periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki kebiasaan menggunakan uang tunai dalam bertransaksi, terutama saat Lebaran.
Faktor-faktor Penyebab Kenaikan Permintaan Uang Tunai
Ada beberapa faktor yang menyebabkan permintaan uang tunai mengalami kenaikan menjelang Lebaran, antara lain:
- Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR). THR adalah hak yang diberikan kepada pekerja atau pegawai sebagai bentuk penghargaan atas kinerja mereka selama setahun. THR biasanya diberikan dalam bentuk uang tunai sebelum Lebaran tiba. Hal ini membuat masyarakat memiliki daya beli yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, seperti membeli baju baru, makanan khas, atau oleh-oleh.
- Tradisi Angpau Lebaran. Angpau adalah uang yang diberikan kepada anak-anak atau kerabat yang lebih muda sebagai bentuk rasa sayang dan berkah. Angpau biasanya disimpan dalam amplop berwarna merah atau hijau yang bertuliskan ucapan selamat Lebaran. Angpau juga menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat membutuhkan uang tunai lebih banyak saat Lebaran.
- Kebutuhan Mudik. Mudik adalah aktivitas pulang kampung yang dilakukan oleh masyarakat perkotaan untuk bertemu dengan keluarga di kampung halaman. Mudik memerlukan biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi yang tidak sedikit. Selain itu, banyak masyarakat yang masih menggunakan uang tunai untuk membayar tiket atau biaya lainnya saat mudik. Hal ini juga berdampak pada kenaikan permintaan uang tunai menjelang Lebaran.
Dampak Kenaikan Permintaan Uang Tunai
Kenaikan permintaan uang tunai menjelang Lebaran tidak hanya berpengaruh pada masyarakat, tetapi juga pada perekonomian secara umum. Beberapa dampak yang bisa terjadi adalah:
- Kesulitan Distribusi Uang Tunai. BI sebagai bank sentral bertugas untuk memastikan ketersediaan uang tunai di seluruh wilayah Indonesia. Namun, dengan adanya kenaikan permintaan uang tunai yang signifikan, BI harus melakukan pendistribusian uang tunai secara ekstra, terutama ke wilayah luar Pulau Jawa. Hal ini menimbulkan tantangan logistik dan keamanan yang tidak mudah.
- Peningkatan Risiko Kejahatan. Uang tunai merupakan salah satu objek yang rentan menjadi sasaran kejahatan, seperti pencurian, perampokan, atau pemalsuan. Dengan adanya kenaikan permintaan uang tunai menjelang Lebaran, risiko kejahatan tersebut juga meningkat. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih berhati-hati dalam menyimpan dan menggunakan uang tunai, serta melaporkan jika menemukan uang palsu atau mengalami kehilangan uang.
- Penghambatan Transisi Keuangan Digital. Pemerintah dan BI telah berupaya untuk mendorong transisi keuangan digital di Indonesia, yaitu penggunaan alat pembayaran non-tunai yang lebih praktis, aman, dan efisien. Namun, dengan adanya kenaikan permintaan uang tunai menjelang Lebaran, transisi keuangan digital menjadi terhambat. Masyarakat masih belum terbiasa atau percaya dengan alat pembayaran non-tunai, seperti kartu debit, kartu kredit, e-money, atau QR code.
Cara Mengurangi Ketergantungan Terhadap Uang Tunai
Meskipun uang tunai masih menjadi alat pembayaran yang dominan di Indonesia, bukan berarti tidak ada cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap uang tunai. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
- Memanfaatkan Layanan Perbankan. Masyarakat bisa memanfaatkan layanan perbankan yang tersedia, seperti tabungan, giro, atau deposito. Dengan menyimpan uang di bank, masyarakat tidak perlu khawatir tentang keamanan uang mereka. Selain itu, masyarakat juga bisa menikmati bunga atau imbal hasil dari uang yang disimpan di bank.
- Menggunakan Alat Pembayaran Non-Tunai. Masyarakat bisa menggunakan alat pembayaran non-tunai yang sudah banyak tersedia di berbagai tempat, seperti toko, restoran, atau transportasi umum. Alat pembayaran non-tunai memiliki banyak keunggulan, seperti praktis, aman, efisien, dan transparan. Beberapa contoh alat pembayaran non-tunai adalah kartu debit, kartu kredit, e-money, atau QR code.
- Mengikuti Program Edukasi Keuangan. Masyarakat bisa mengikuti program edukasi keuangan yang diselenggarakan oleh pemerintah, BI, atau lembaga lainnya. Program edukasi keuangan bertujuan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat, serta mengubah perilaku keuangan masyarakat menjadi lebih bijak dan sehat. Salah satu program edukasi keuangan yang digelar oleh BI adalah Serambi Rupiah Ramadan, yang mengajak masyarakat untuk belanja bijak dan rawat rupiah.
Kesimpulan
Permintaan uang tunai mengalami kenaikan menjelang Lebaran karena adanya beberapa faktor, seperti pemberian THR, tradisi angpau Lebaran, dan kebutuhan mudik. Kenaikan permintaan uang tunai ini berdampak pada kesulitan distribusi uang tunai, peningkatan risiko kejahatan, dan penghambatan transisi keuangan digital. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap uang tunai, masyarakat bisa memanfaatkan layanan perbankan, menggunakan alat pembayaran non-tunai, dan mengikuti program edukasi keuangan.