Mengapa Pembagian CP Menggunakan Sistem Fase Bukan Kelas?

Mengapa Pembagian CP Menggunakan Sistem Fase Bukan Kelas?

Posted on
Mengapa Pembagian CP Menggunakan Sistem Fase Bukan Kelas?

 

Capaian Pembelajaran (CP) adalah kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase perkembangan. CP mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi, yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. CP untuk pendidikan dasar dan menengah terdiri dari 6 fase, yaitu fase A hingga fase F.

Lalu, mengapa pembagian CP menggunakan sistem fase bukan kelas? Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini, antara lain:

  • Penyederhanaan kurikulum. Dengan menggunakan sistem fase, kurikulum menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami oleh guru dan peserta didik. Guru tidak perlu mempersiapkan rencana pembelajaran per mata pelajaran per kelas, melainkan cukup per fase. Peserta didik juga tidak perlu mempelajari banyak mata pelajaran yang berbeda-beda setiap tahunnya, melainkan cukup menguasai kompetensi yang ada di setiap fase.
  • Pemberian waktu yang memadai. Dengan menggunakan sistem fase, peserta didik dapat memiliki waktu yang memadai dalam menguasai kompetensi. Peserta didik tidak perlu terburu-buru menyelesaikan kurikulum dalam satu tahun ajaran, melainkan dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan kecepatan belajar mereka. Peserta didik juga dapat mengulang atau melanjutkan fase sesuai dengan tingkat pencapaian mereka.
  • Pengembangan potensi peserta didik. Dengan menggunakan sistem fase, peserta didik dapat mengembangkan potensi mereka sesuai dengan minat dan bakat mereka. Peserta didik dapat memilih mata pelajaran peminatan di fase E dan F, serta melakukan kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri di luar jam belajar. Peserta didik juga dapat mengembangkan kompetensi abad 21, seperti berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi, dan berkreasi.
  • Penyesuaian dengan karakteristik peserta didik. Dengan menggunakan sistem fase, kurikulum dapat disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. CP disusun dengan memperhatikan fase-fase perkembangan anak, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar mereka. Kurikulum juga dapat dimodifikasi untuk peserta didik berkebutuhan khusus, baik dengan hambatan intelektual maupun tanpa hambatan intelektual.
Baca Juga:  Pentingnya Asesmen dalam Kurikulum Merdeka

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembagian CP menggunakan sistem fase bukan kelas merupakan upaya untuk membuat kurikulum lebih sederhana, fleksibel, relevan, dan bermakna bagi peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dapat merdeka belajar sesuai dengan potensi dan keunikan mereka.

Pos Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *