Mengapa Guru Penggerak Harus Memilih Pendekatan Berbasis Aset?

Mengapa Guru Penggerak Harus Memilih Pendekatan Berbasis Aset?

Posted on

Dalam dunia pendidikan, peran guru sangatlah penting dan strategis. Guru tidak hanya bertugas untuk mengajar dan mendidik siswa, tetapi juga untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu mengembangkan sekolah menjadi lebih baik. Namun, tantangan yang dihadapi oleh guru di era digital ini tidaklah mudah. Guru harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi, menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks, dan bersaing dengan sumber belajar lain yang lebih menarik bagi siswa.

Untuk itu, guru membutuhkan paradigma dan prinsip yang dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan dan bertindak secara efektif dan efisien. Salah satu paradigma dan prinsip yang dapat digunakan oleh guru adalah pendekatan berbasis aset (asset-based thinking). Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Pendekatan berbasis aset berbeda dengan pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based thinking) yang cenderung memfokuskan perhatian pada apa yang salah, apa yang kurang, apa yang bermasalah, atau apa yang menjadi hambatan. Pendekatan berbasis kekurangan dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri, pesimis, putus asa, atau bahkan menyalahkan diri sendiri atau orang lain atas kegagalan atau kesulitan yang dialami.

Baca Juga:  Strategi Usaha Kerajinan Inspirasi Artefak/Budaya Lokal

Lalu, mengapa guru penggerak diarahkan untuk menggunakan pendekatan berbasis aset daripada pendekatan berbasis kekurangan? Berikut ini adalah beberapa alasan yang tepat:

  • Pendekatan berbasis aset akan mendorong guru penggerak untuk bergerak berdasarkan kekuatan yang dimiliki. Guru penggerak akan lebih mudah mengidentifikasi potensi diri sendiri, siswa, rekan sejawat, orang tua, maupun komunitas sekolah. Dengan demikian, guru penggerak dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, serta memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya.
  • Pendekatan berbasis aset akan mendorong guru penggerak untuk menjadi individu yang optimis, kreatif, dan inovatif. Guru penggerak akan melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Guru penggerak juga akan mencari solusi alternatif yang lebih baik dari masalah yang dihadapi. Selain itu, guru penggerak akan terus mencoba hal-hal baru dan tidak takut gagal.
  • Pendekatan berbasis aset akan mendorong guru penggerak untuk membangun hubungan positif dengan semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Guru penggerak akan menghargai dan menghormati perbedaan dan kesetaraan di antara sesama. Guru penggerak juga akan bekerja sama dan berkolaborasi dengan rekan sejawat, orang tua, maupun komunitas sekolah untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, guru penggerak dapat menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan harmonis.
Baca Juga:  Mengapa Keberagaman di Indonesia Harus Dijaga dan Dilestarikan?

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan berbasis aset merupakan pilihan yang tepat bagi guru penggerak dalam menghadapi tantangan di era digital ini. Dengan menggunakan pendekatan ini, guru penggerak dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengembangan sekolah secara holistik. Oleh karena itu, mari kita mulai beralih dari pendekatan berbasis kekurangan menjadi pendekatan berbasis aset!

Pos Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *