Latar Belakang Perlawanan PETA di Blitar Terhadap Jepang

Latar Belakang Perlawanan PETA di Blitar Terhadap Jepang

Posted on

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, rakyat Indonesia mengalami berbagai penderitaan dan penindasan. Jepang melakukan pemerasan ekonomi, pengerahan tenaga kerja secara paksa (romusha), dan siksaan yang kejam terhadap rakyat Indonesia. Jepang juga membentuk berbagai organisasi militer dan semi militer yang melibatkan rakyat pribumi, salah satunya adalah Pembela Tanah Air (PETA).

PETA adalah tentara sukarela yang dibentuk oleh Jepang pada 3 Oktober 1943 untuk mempertahankan wilayah Indonesia dari serangan pasukan Sekutu. PETA berperan besar dalam perang mempertahankan kemerdekaan RI, dan menjadi cikal-bakal dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Namun, PETA juga melakukan perlawanan terhadap Jepang karena tidak tahan dengan perlakuan Jepang yang merendahkan dan mengeksploitasi mereka.

Salah satu perlawanan PETA yang terkenal adalah perlawanan PETA di Blitar, Jawa Timur. Perlawanan ini dipimpin oleh Shodanco Supriyadi, pemimpin Daidan (Batalyon) PETA Blitar yang dibentuk pada 25 Desember 1943. Perlawanan ini dipicu oleh kejadian pada 14 Februari 1945, ketika anggota Daidan Blitar menyaksikan petani dipaksa menjual padi dan telur kepada Jepang dengan harga murah. Mereka juga melihat romusha yang disiksa oleh tentara Jepang.

Perlawanan PETA di Blitar dimulai dengan menyerbu markas Jepang di Blitar dan membunuh beberapa tentara Jepang. Kemudian, mereka bergerak menuju Tulungagung untuk bergabung dengan Daidan PETA lainnya. Namun, perlawanan ini berhasil dipatahkan oleh Jepang dengan tipu muslihat dan kekuatan militer. Empat perwira PETA dijatuhi hukuman mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sementara itu, nasib Supriyadi masih menjadi misteri hingga kini.

Baca Juga:  Apa yang Dihasilkan dalam Pemilu yang Dilaksanakan pada Tahun 1955?

Perlawanan PETA di Blitar adalah salah satu bukti dari semangat juang rakyat Indonesia melawan penjajah. Perlawanan ini juga menunjukkan bahwa PETA bukanlah sekadar alat Jepang untuk menghadapi Sekutu, tetapi juga merupakan organisasi nasionalis yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Pos Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *