Jelaskan Mengapa Dinamakan Daulah Mamluk

Jelaskan Mengapa Dinamakan Daulah Mamluk

Posted on

Daulah Mamluk adalah salah satu dinasti yang pernah berkuasa di wilayah Mesir dan sekitarnya dari tahun 1250 hingga 1517 M. Dinasti ini memiliki sejarah yang unik karena didirikan oleh mantan budak-budak yang menjadi prajurit dan pejabat di bawah dinasti sebelumnya, yaitu dinasti Ayyubiyah. Dalam bahasa Arab, kata mamluk berarti budak atau hamba, sedangkan jamaknya adalah mamalik. Oleh karena itu, dinasti ini disebut daulah mamluk atau negara budak.

Asal-Usul Daulah Mamluk

Daulah Mamluk bermula dari kebiasaan para sultan dan penguasa Islam di wilayah Timur Tengah untuk merekrut budak-budak dari berbagai bangsa, terutama bangsa Turki dan Mongol, sebagai pasukan tambahan atau pengawal pribadi. Budak-budak ini kemudian diberi pendidikan militer dan agama Islam, serta diberi status sosial yang lebih tinggi dari budak biasa. Mereka juga diberi hak untuk membawa senjata dan memiliki properti.

Salah satu sultan yang terkenal merekrut budak-budak ini adalah Sultan Malik ash-Shalih dari dinasti Ayyubiyah, yang memerintah di Mesir pada abad ke-13 M. Ia membeli sekitar 12.000 budak Turki dan Mongol untuk menjadi pasukannya yang disebut al-Mamalik al-Salihiyah (budak-budak Shalih). Budak-budak ini kemudian menjadi kekuatan militer yang besar dan berpengaruh di Mesir.

Baca Juga:  Pemahaman dan Pemanfaatan Model Pembelajaran Inovatif Berdasarkan Karakteristik Materi dan Siswa

Ketika Sultan Malik ash-Shalih meninggal pada tahun 1249 M, ia digantikan oleh istrinya yang bernama Syajarat ad-Durr. Namun, ia menghadapi tantangan dari para pangeran Ayyubiyah lainnya yang tidak mengakuinya sebagai penguasa sah. Untuk mempertahankan kekuasaannya, ia mengandalkan dukungan dari para mamluk yang setia kepadanya. Pada tahun 1250 M, ia berhasil mengalahkan pasukan salib yang menyerang Mesir dalam Pertempuran Mansurah.

Setelah kemenangan tersebut, Syajarat ad-Durr menikah dengan salah satu pemimpin mamluk yang bernama Izzuddin Aybak. Ia kemudian turun tahta dan menyerahkan kekuasaan kepada suaminya. Dengan demikian, Aybak menjadi sultan pertama dari dinasti Mamluk. Ia bergelar al-Malik al-Muizz (penguasa yang mulia).

Perkembangan Daulah Mamluk

Daulah Mamluk mengalami perkembangan yang pesat dalam bidang politik, militer, ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam bidang politik, mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup Suriah, Palestina, Hijaz, Yaman, dan Nubia. Mereka juga berhasil mempertahankan wilayahnya dari serangan-serangan musuh, seperti Mongol, Ilkhanat, Utsmaniyah, dan salib.

Dalam bidang militer, mereka memiliki pasukan yang terlatih dan disiplin. Mereka juga memiliki persenjataan yang canggih dan strategi yang cerdik. Salah satu prestasi militer mereka yang terkenal adalah kemenangan atas pasukan Mongol dalam Pertempuran Ain Jalut pada tahun 1260 M. Pertempuran ini dianggap sebagai titik balik dalam sejarah perlawanan Islam terhadap Mongol.

Baca Juga:  Tugas Pengendalian Moneter dari Bank Sentral Dimaksudkan untuk Menjaga Kestabilan Harga dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, mereka mengembangkan perdagangan dengan berbagai negara, baik di Timur maupun di Barat. Mereka juga membangun infrastruktur seperti jalan-jalan, jembatan-jembatan, kanal-kanal, pelabuhan-pelabuhan, pasar-pasar, dan gudang-gudang. Mereka juga mengeluarkan mata uang emas dan perak yang bernilai tinggi.

Dalam bidang sosial, mereka menciptakan kelas sosial baru yang disebut al-mamalik (budak-budak). Kelas ini terdiri dari para mamluk yang menjadi pejabat-pejabat negara atau pemimpin-pemimpin militer. Kelas ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari rakyat biasa atau bahkan orang-orang merdeka. Kelas ini juga memiliki hak-hak istimewa seperti mendapatkan tanah-tanah wakaf atau hadiah-hadiah dari sultan.

Dalam bidang budaya, mereka mendukung perkembangan ilmu pengetahuan, seni, sastra, arsitektur, dan agama. Mereka mendirikan banyak sekolah-sekolah, universitas-universitas, masjid-masjid, madrasah-madrasah, rumah sakit-rumah sakit, perpustakaan-perpustakaan, dan museum-museum. Mereka juga membangun banyak bangunan-bangunan indah yang menjadi ciri khas arsitektur Mamluk.

Keruntuhan Daulah Mamluk

Daulah Mamluk mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi perselisihan antara para mamluk sendiri, korupsi, penyalahgunaan wewenang, pemberontakan rakyat, dan krisis ekonomi. Faktor eksternal meliputi ancaman dari dinasti-dinasti lain seperti Utsmaniyah, Safawiyah, dan Timurid.

Pada tahun 1517 M, pasukan Utsmaniyah di bawah pimpinan Sultan Selim I menyerbu Mesir dan mengalahkan pasukan Mamluk dalam Pertempuran Ridaniyah. Sultan terakhir dari dinasti Mamluk, Qansuh al-Ghawri, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dengan demikian, berakhirlah riwayat daulah mamluk sebagai sebuah negara merdeka. Meskipun demikian, para mamluk masih tetap berpengaruh di Mesir sebagai pejabat-pejabat lokal atau gubernur-gubernur provinsi hingga abad ke-18 M.

Baca Juga:  Konsep Kepemimpinan yang Efektif untuk Tim Pengabdian/Volunteer

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa daulah mamluk adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh mantan budak-budak yang menjadi prajurit dan pejabat di bawah dinasti Ayyubiyah. Dinasti ini berkuasa di wilayah Mesir dan sekitarnya dari tahun 1250 hingga 1517 M. Dinasti ini memiliki sejarah yang unik dan berprestasi dalam berbagai bidang. Namun, dinasti ini juga mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat beberapa faktor internal dan eksternal.

Pos Terkait: