Lukisan Kamasan adalah salah satu jenis seni lukis tradisional Bali yang berasal dari Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung. Lukisan ini memiliki ciri khas motif dan cerita yang diambil dari pewayangan, seperti Ramayana, Mahabharata, Tantri, dan Sutasoma. Lukisan Kamasan banyak menghiasi langit-langit bangunan bersejarah di Bali, seperti Kertha Gosa di Kota Semarapura dan beberapa pura kuno di Klungkung.
Salah satu hal yang menarik dari lukisan Kamasan adalah kanvas yang digunakan dalam pembuatannya. Kanvas pada seni lukis wayang Kamasan menggunakan kain blacu. Kain blacu adalah kain kasar yang terbuat dari serat kapas yang belum diproses secara sempurna. Kain ini memiliki tekstur yang kasar dan berpori-pori.
Sebelum digunakan sebagai kanvas, kain blacu harus melalui beberapa tahapan persiapan. Pertama, kain blacu dicelup dalam bubuk bubur beras dan dijemur di bawah sinar matahari. Tujuannya adalah untuk menutup dan meratakan permukaan kain agar lebih halus dan kuat. Kedua, permukaan kain digosok dengan baik untuk menghilangkan sisa-sisa bubur beras yang menempel. Ketiga, kain blacu dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Setelah kain blacu siap digunakan sebagai kanvas, langkah selanjutnya adalah membuat sketsa gambar. Sketsa gambar dibuat dengan menggunakan lidi pohon aren sebagai pensil. Lidi pohon aren adalah tangkai daun pohon aren yang sudah dikeringkan dan diruncingkan ujungnya. Lidi pohon aren dipilih karena memiliki ketahanan yang baik dan mudah dibentuk.
Sketsa gambar dibuat dengan membagi seluruh kanvas menjadi beberapa bidang untuk menempatkan setiap gambar wayang dan unsur gambar. Gambar wayang harus sesuai dengan pakem atau aturan yang sudah ditetapkan oleh para leluhur. Gambar wayang harus memiliki proporsi tubuh, wajah, dan aksesoris yang sesuai dengan karakternya. Unsur gambar lainnya seperti latar belakang, pohon, binatang, dan lain-lain harus mendukung cerita yang ingin disampaikan.
Setelah sketsa gambar selesai dibuat, langkah terakhir adalah mewarnai lukisan. Pewarnaan lukisan Kamasan juga menggunakan bahan-bahan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau mineral. Beberapa contoh bahan pewarna alami adalah:
- Batu pere (gamping) untuk warna putih
- Kunyit untuk warna kuning
- Kayu secang untuk warna merah
- Daun indigo untuk warna biru
- Daun tarum untuk warna hitam
- Daun manggis untuk warna hijau
Bahan-bahan pewarna alami tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum digunakan. Biasanya bahan-bahan tersebut direbus atau direndam dalam air panas hingga mengeluarkan zat warnanya. Kemudian zat warna tersebut disaring dan dicampur dengan air atau bahan pengental seperti tepung kanji atau tepung sagu.
Pewarnaan lukisan dilakukan dengan menggunakan kuas yang terbuat dari bulu ayam atau bulu angsa. Kuas tersebut harus dibasahi terlebih dahulu sebelum dicelupkan ke dalam zat warna. Pewarnaan lukisan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak meluber ke luar garis sketsa. Pewarnaan lukisan juga harus sesuai dengan pakem atau aturan warna yang sudah ditetapkan oleh para leluhur.
Demikianlah penjelasan tentang kanvas yang digunakan dalam pembuatan lukisan Kamasan dari Bali. Lukisan Kamasan merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang patut dilestarikan dan dikembangkan. Lukisan ini tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga nilai budaya, sosial, dan spiritual yang mendalam.