Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor internal yang berperan penting dalam belajar adalah proses kognitif dan sosial emosional.
Proses kognitif adalah proses yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, memahami, mengingat, menalar, menyelesaikan masalah, dan mengambil keputusan. Proses sosial emosional adalah proses yang berkaitan dengan kemampuan mengenali, mengungkapkan, mengelola, dan menyesuaikan emosi diri sendiri dan orang lain, serta berinteraksi secara positif dengan orang lain.
Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Teori belajar kognitif menganggap bahwa belajar tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons, tetapi juga melibatkan proses mental yang terjadi di dalam otak peserta didik. Teori belajar kognitif memandang bahwa pengetahuan dibangun dalam diri peserta didik melalui interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Teori belajar kognitif juga menekankan bahwa peserta didik harus aktif dalam mencari pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dan mencermati lingkungan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Beberapa tokoh yang berkontribusi dalam pengembangan teori belajar kognitif antara lain adalah Jean Piaget, Jerome Bruner, David Ausubel, dan Robert Gagne. Mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang tahap-tahap perkembangan kognitif, cara memahami konsep, strategi pembelajaran yang efektif, dan hirarki belajar.
Implikasi teori belajar kognitif dalam keberhasilan anak didik dalam belajar antara lain adalah:
- Guru harus memperhatikan tahap perkembangan kognitif peserta didik dan menyesuaikan materi pelajaran dengan kemampuan mereka. Guru juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi, eksperimen, dan penemuan sendiri.
- Guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik, seperti menggunakan bahan ajar yang konkret dan bervariasi, memberikan contoh-contoh nyata dan relevan, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan merangsang berpikir kritis, serta memberikan umpan balik yang konstruktif.
- Guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan retensi atau daya ingat peserta didik, seperti menggunakan advance organizer atau pengantar materi sebelum pembelajaran dimulai, memberikan rangkuman atau review materi setelah pembelajaran selesai, serta memberikan latihan-latihan atau ulangan-ulangan secara berkala.
- Guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan transfer atau penerapan pengetahuan peserta didik dalam situasi yang berbeda atau baru, seperti memberikan tugas-tugas atau proyek-proyek yang menuntut peserta didik untuk menggunakan pengetahuan mereka secara kreatif dan inovatif.
Teori belajar sosial emosional adalah teori belajar yang menekankan pentingnya aspek-aspek sosial dan emosional dalam proses belajar. Teori belajar sosial emosional menganggap bahwa belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor kognitif, tetapi juga oleh faktor-faktor afektif atau perasaan dan motivasi peserta didik. Teori belajar sosial emosional memandang bahwa peserta didik harus memiliki kompetensi sosial emosional untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan belajarnya.
Kompetensi sosial emosional adalah kemampuan untuk mengenali dan mengungkapkan emosi diri sendiri secara tepat; mengenali emosi orang lain dan meresponnya secara empati; mengelola emosi diri sendiri secara positif; menyesuaikan diri dengan situasi sosial; serta menjalin hubungan interpersonal yang harmonis.
Beberapa tokoh yang berkontribusi dalam pengembangan teori belajar sosial emosional antara lain adalah Albert Bandura, Lev Vygotsky, Daniel Goleman, dan Maurice Elias. Mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang peran model-model perilaku dalam pembentukan perilaku peserta didik; peran interaksi sosial dalam pembentukan pengetahuan peserta didik; peran kecerdasan emosional dalam pencapaian prestasi akademik peserta didik; serta peran pendidikan karakter dalam pembentukan kepribadian peserta didik.
Implikasi teori belajar sosial emosional dalam keberhasilan anak didik dalam belajar antara lain adalah:
- Guru harus menjadi model perilaku yang baik bagi peserta didik. Guru harus menunjukkan sikap-sikap positif seperti percaya diri, bertanggung jawab, jujur, sopan santun, toleran, kerjasama, dll. Guru juga harus memberikan pujian atau penghargaan kepada peserta didik yang menunjukkan perilaku-perilaku positif tersebut.
- Guru harus menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi perkembangan sosial emosional peserta didik. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan teman sebaya maupun orang dewasa secara sehat dan produktif. Guru juga harus memberikan dukungan atau bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah sosial emosional.
- Guru harus mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik. Guru harus membantu peserta didik untuk mengenali dan mengungkapkan emosi mereka secara tepat; mengenali emosi orang lain dan meresponnya secara empati; mengelola emosi mereka secara positif; menyesuaikan diri dengan situasi sosial; serta menjalin hubungan interpersonal yang harmonis.
- Guru harus mengembangkan pendidikan karakter peserta didik. Guru harus membantu peserta didik untuk membentuk nilai-nilai moral dan etika yang baik; menghargai keberagaman budaya dan agama; memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme; serta memiliki rasa tanggung jawab sosial.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif dan sosial emosional memiliki implikasi yang besar dalam keberhasilan anak didik dalam belajar. Oleh karena itu guru perlu memahami kedua teori tersebut dan menerapkannya dalam praktik pembelajaran di kelas.