Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang serius di Indonesia. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2018 Indonesia menghasilkan sekitar 67,8 juta ton sampah per tahun, dengan tingkat pengelolaan yang hanya mencapai 39% Artinya, sebagian besar sampah tidak dikelola dengan baik dan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau dibakar secara terbuka.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan dan estetika, tetapi juga berkontribusi terhadap pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari proses pembusukan atau pembakaran sampah. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca, yaitu penangkapan panas matahari oleh atmosfer sehingga meningkatkan suhu permukaan bumi
Gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan sampah adalah:
- Metana (CH4): Gas ini terbentuk saat sampah organik seperti sisa makanan, daun, atau kertas mengalami pembusukan anaerobik (tanpa oksigen) di dalam TPA. Metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat, karena memiliki potensi pemanasan global (GWP) 28 kali lebih besar daripada karbon dioksida (CO2) dalam jangka waktu 100 tahun Gas metana juga dapat menyebabkan ledakan atau kebakaran jika terakumulasi di dalam TPA
- Karbon dioksida (CO2): Gas ini terbentuk saat sampah organik mengalami pembusukan aerobik (dengan oksigen) atau saat sampah dibakar secara terbuka. Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca paling banyak yang ada di atmosfer dan berkontribusi terhadap sekitar 76% dari total emisi GRK antropogenik (akibat aktivitas manusia) Gas ini juga dapat menurunkan kualitas udara dan menyebabkan gangguan pernapasan bagi manusia dan hewan.
- Dinitrogen monoksida (N2O): Gas ini terbentuk saat sampah mengandung nitrogen seperti pupuk, kotoran hewan, atau limbah industri mengalami pembusukan anaerobik. Dinitrogen monoksida memiliki GWP 265 kali lebih besar daripada CO2 dalam jangka waktu 100 tahun Gas ini juga dapat merusak lapisan ozon yang melindungi bumi dari radiasi ultraviolet berbahaya.
- Ozon (O3): Gas ini terbentuk saat senyawa organik volatil (VOC) seperti benzena, toluena, atau formaldehida yang berasal dari sampah plastik, cat, atau pelarut bereaksi dengan nitrogen oksida (NOx) yang berasal dari pembakaran sampah di bawah sinar matahari. Ozon merupakan gas rumah kaca yang memiliki GWP sekitar 20 kali lebih besar daripada CO2 dalam jangka waktu 20 tahun Gas ini juga dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan, serta penyakit paru-paru seperti asma atau bronkitis.
Dampak dari gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan sampah adalah:
- Pemanasan global: Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer akan meningkatkan efek rumah kaca dan menyebabkan suhu permukaan bumi naik. Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan iklim yang ekstrem, seperti banjir, kekeringan, badai, gelombang panas, atau pencairan es kutub. Perubahan iklim ini dapat mengancam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta merusak ekosistem dan sumber daya alam.
- Kesehatan manusia: Gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan sampah dapat menurunkan kualitas udara dan menyebabkan berbagai penyakit pernapasan, kulit, mata, atau sistem saraf. Selain itu, gas-gas tersebut juga dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri atau virus yang berasal dari sampah organik yang membusuk. Beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui sampah adalah leptospirosis, kolera, tifus, hepatitis A, atau malaria.
- Kerugian ekonomi: Gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan sampah dapat merugikan sektor ekonomi seperti pertanian, perikanan, pariwisata, atau industri. Misalnya, pemanasan global dapat mengurangi hasil panen tanaman pangan atau komoditas pertanian lainnya akibat perubahan pola musim atau serangan hama. Pemanasan global juga dapat mengancam keberadaan ikan atau terumbu karang akibat peningkatan suhu dan asamnya air laut. Pemanasan global juga dapat menurunkan daya tarik wisata alam akibat kerusakan hutan, pantai, atau gunung.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengurangi produksi sampah dan meningkatkan pengelolaannya dengan baik. Beberapa cara yang dapat kita lakukan adalah:
- Menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle): Prinsip ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dengan cara mengonsumsi barang-barang secukupnya saja; menggunakan kembali barang-barang bekas yang masih layak pakai; dan mendaur ulang barang-barang bekas menjadi barang-barang baru yang berguna.
- Memilah sampah sesuai jenisnya: Memilah sampah sesuai jenisnya akan memudahkan proses pengolahan selanjutnya. Sampah organik dapat dikompos menjadi pupuk alami; sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi bahan baku industri; dan sampah berbahaya dapat ditangani dengan cara aman sesuai aturan.
- Mengolah sampah menjadi energi terbarukan: Mengolah sampah menjadi energi terbarukan adalah salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Beberapa teknologi pengolahan sampah menjadi energi terbarukan adalah gasifikasi (mengubah sampah menjadi gas sintetis), pirolisis (mengubah sampah menjadi minyak sintetis), anaerobik digestion (mengubah sampah organik menjadi biogas), atau incineration (membakar sampah untuk menghasilkan listrik).
Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, kita dapat berkontribusi dalam mengurangi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan sampah dan menjaga lingkungan kita tetap sehat dan lestari.