Dakwah Rasulullah di Mekkah: Antara Sembunyi-Sembunyi dan Terang-Terangan

Dakwah Rasulullah di Mekkah: Antara Sembunyi-Sembunyi dan Terang-Terangan

Posted on

Dakwah adalah mengajak seseorang untuk beriman dan taat kepada Allah. Dakwah merupakan salah satu tugas utama Nabi Muhammad SAW yang beliau jalankan selama 23 tahun, sejak menerima wahyu pertama di usia 40 tahun hingga wafat di usia 63 tahun. Periode dakwah Rasulullah SAW terbagi menjadi dua, yaitu di Mekkah dan Madinah. Di Mekkah, dakwah berlangsung selama 13 tahun, sedangkan di Madinah berlangsung selama 10 tahun.

Dakwah di Mekkah memiliki karakteristik yang berbeda dengan dakwah di Madinah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi sosial, budaya, politik, dan geografis antara kedua kota tersebut. Masyarakat Mekkah pada saat itu mayoritas menyembah berhala dan memiliki kesetiaan terhadap tradisi leluhur mereka. Mereka juga bersikap bermusuhan dan menentang keras terhadap dakwah Rasulullah SAW yang mengajarkan tauhid dan menghancurkan berhala-berhala mereka.

Oleh karena itu, dakwah Rasulullah SAW di Mekkah lebih menekankan pada pembinaan akidah dan keyakinan kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah juga meliputi pendidikan moral dan etika serta pembinaan karakter para sahabat yang menjadi pengikut beliau.

Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

Tahap Pertama: Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi

Tahap ini berlangsung selama tiga tahun pertama dari nubuwah Rasulullah SAW. Pada tahap ini, Rasulullah SAW menyampaikan dakwah secara rahasia dan pribadi kepada orang-orang terdekat beliau, seperti keluarga, sahabat, dan tetangga. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik dan gangguan dari kaum kafir Quraisy yang tidak suka dengan ajaran baru yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Beberapa orang yang pertama kali masuk Islam pada tahap ini adalah Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW), Ali bin Abi Thalib (sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW), Abu Bakar ash-Shiddiq (sahabat karib Rasulullah SAW), Zaid bin Haritsah (budak sekaligus anak angkat Rasulullah SAW), dan Utsman bin Affan (menantu Rasulullah SAW).

Baca Juga:  Bagaimana Cara Memperbaiki Sikap Sehingga Sesuai dengan Sila Ketiga Pancasila

Pada tahap ini, dakwah dilakukan secara lisan dengan membacakan ayat-ayat Al-Quran yang turun kepada Rasulullah SAW. Tempat utama dakwah adalah rumah Rasulullah SAW dan rumah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam yang terletak di dekat Bukit Shafa. Di rumah Al-Arqam inilah para sahabat berkumpul untuk mendengarkan ajaran Islam dari Rasulullah SAW dan belajar membaca Al-Quran.

Tahap Kedua: Dakwah Secara Terang-Terangan di Tengah Penduduk Mekkah

Tahap ini dimulai sejak tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh. Pada tahap ini, Rasulullah SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyampaikan dakwah secara terang-terangan kepada seluruh penduduk Mekkah tanpa takut akan ancaman atau gangguan dari kaum kafir Quraisy. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr ayat 94:

Artinya, “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr [15]: 94)

Setelah ayat ini turun, Rasulullah SAW menyampaikan dakwah secara terang-terangan dengan jangkauan lebih luas lagi. Beliau mengajak orang-orang untuk masuk Islam baik di rumah-rumah, pasar-pasar, jalan-jalan, maupun tempat-tempat ibadah seperti Ka’bah. Beliau juga mengirimkan utusan-utusan untuk menyebarkan Islam ke daerah-daerah lain di sekitar Mekkah.

Pada tahap ini, dakwah Rasulullah SAW mendapat tantangan dan hambatan yang semakin besar dari kaum kafir Quraisy. Mereka melakukan berbagai upaya untuk menghalangi dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW, seperti memfitnah, mencela, menghina, mengejek, mengancam, memboikot, menyiksa, hingga membunuh para pengikut beliau.

Namun demikian, dakwah Rasulullah SAW tetap berjalan dengan penuh kesabaran dan keberanian. Banyak orang yang tertarik dan masuk Islam setelah mendengar ajaran-ajaran beliau yang indah dan bijaksana. Beberapa tokoh penting yang masuk Islam pada tahap ini adalah Hamzah bin Abdul Muthalib (paman sekaligus sahabat Rasulullah SAW), Umar bin Khattab (saudara ipar sekaligus sahabat Rasulullah SAW), Abu Ubaidah bin Al-Jarrah (saudara sepersusuan sekaligus sahabat Rasulullah SAW), Mus’ab bin Umair (utusan dakwah ke Madinah), Ammar bin Yasir (satu-satunya sahabat yang ikut dalam semua perang bersama Rasulullah SAW), Bilal bin Rabah (muadzin pertama dalam Islam), Khabbab bin Al-Aratt (salah satu sahabat yang paling banyak disiksa oleh kaum kafir Quraisy), Abdullah bin Mas’ud (salah satu ahli tafsir Al-Quran), Abu Dzar Al-Ghifari (salah satu ahli zuhud dalam Islam), Salman Al-Farisi

Baca Juga:  Bagaimana Cara Mendemonstrasikan Antologi Puisi?

Tahap Ketiga: Dakwah di Luar Mekkah dan Penyebarannya

Tahap ini dimulai dari tahun ke-10 dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah. Pada tahap ini, Rasulullah SAW mengembangkan dakwah ke luar Mekkah dan mencari tempat yang lebih aman dan kondusif untuk berdakwah. Hal ini disebabkan oleh semakin beratnya tekanan dan ancaman dari kaum kafir Quraisy yang tidak rela melihat perkembangan Islam.

Pada tahap ini, Rasulullah SAW mengunjungi beberapa daerah dan suku untuk menyampaikan dakwah dan mengajak mereka untuk masuk Islam. Beberapa daerah dan suku yang dikunjungi oleh Rasulullah SAW antara lain adalah Thaif, Bani Amir bin Sa’sa’ah, Bani Hanifah, Bani Sa’d bin Hudzail, Bani Asad bin Khuzaimah, Bani ‘Amir bin Qais, Bani Sulaim, Bani Ghassan, Bani Udhrah, dan Bani Syaiban.

Namun, tidak semua daerah dan suku yang dikunjungi oleh Rasulullah SAW menyambut baik dakwah beliau. Beberapa di antaranya bahkan menolak dan mengejek beliau. Contohnya adalah penduduk Thaif yang mengusir dan melempari beliau dengan batu hingga berdarah-darah. Namun, ada juga yang menerima dan mendukung dakwah beliau. Contohnya adalah suku Aus dan Khazraj dari Madinah yang kemudian dikenal sebagai Anshar (penolong).

Pada tahap ini, dakwah Rasulullah SAW mulai menunjukkan hasil yang positif. Banyak orang dari berbagai daerah dan suku yang masuk Islam setelah mendengar ajaran-ajaran beliau yang sesuai dengan fitrah dan akal sehat manusia. Beberapa tokoh penting yang masuk Islam pada tahap ini adalah Abu Hurairah (salah satu perawi hadits terbanyak), Ka’ab bin Zuhair (salah satu penyair terkenal di Arab), Tufail bin ‘Amr Ad-Dausi (salah satu pemimpin suku Daus), Abu Musa Al-Asy’ari (salah satu ahli qiraat Al-Quran), Amr bin Al-‘Ash (salah satu panglima perang dalam Islam), Khalid bin Walid (salah satu panglima perang dalam Islam), Utsman bin Talhah (kunci Ka’bah sebelum masuk Islam), Ikrimah bin Abu Jahal (putra musuh besar Rasulullah SAW), Wahsyi bin Harb (pembunuh paman Rasulullah SAW), Hindun binti ‘Utbah (istri Abu Sufyan dan ibu Muawiyah), Safwan bin Umayyah (putra musuh besar Rasulullah SAW), dll.

Baca Juga:  Bagaimana Peran Bidan dalam Memberikan Dukungan Terhadap Mental Perempuan

Pada tahap ini juga terjadi peristiwa penting yang menjadi titik balik dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW, yaitu Bai’at Aqabah Pertama dan Kedua. Bai’at Aqabah adalah perjanjian antara Rasulullah SAW dengan para utusan dari suku Aus dan Khazraj dari Madinah yang datang untuk menyatakan kesediaan mereka untuk menerima Islam dan melindungi Rasulullah SAW serta para pengikutnya jika hijrah ke Madinah.

Bai’at Aqabah Pertama terjadi pada tahun ke-11 dari nubuwah di bukit Aqabah dekat Mina saat musim haji. Pada saat itu, ada 12 orang utusan dari Madinah yang datang untuk bai’at kepada Rasulullah SAW. Mereka berjanji untuk menyebarkan Islam di Madinah dan menjaga ajaran-ajaran beliau.

Bai’at Aqabah Kedua terjadi pada tahun ke-12 dari nubuwah di tempat yang sama saat musim haji. Pada saat itu, ada 73 orang utusan dari Madinah yang datang untuk bai’at kepada Rasulullah SAW. Mereka berjanji untuk melindungi beliau seperti melindungi keluarga mereka sendiri jika beliau hijrah ke Madinah.

Peristiwa bai’at Aqabah ini menjadi awal dari hijrah Rasulullah SAW dan para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah. Hijrah ini merupakan langkah strategis untuk menyelamatkan diri dari ancaman kaum kafir Quraisy dan membangun masyarakat Islam yang kuat dan harmonis di Madinah.

Demikianlah artikel tentang dakwah Rasulullah SAW di Mekkah yang dilakukan baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi berlangsung secara bertahap sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang sejarah dakwah Rasulullah SAW.

Pos Terkait: