Buku Max Havelaar yang Ditulis oleh Douwes Dekker Menceritakan Tentang

Buku Max Havelaar yang Ditulis oleh Douwes Dekker Menceritakan Tentang

Posted on

Buku Max Havelaar adalah sebuah novel klasik yang ditulis oleh Eduard Douwes Dekker dengan nama pena Multatuli. Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860 dan menjadi salah satu karya sastra Belanda yang paling terkenal dan berpengaruh. Buku ini menceritakan tentang pengalaman Douwes Dekker sebagai asisten residen di Lebak, Banten, yang menyaksikan penindasan dan eksploitasi rakyat pribumi oleh pemerintah kolonial Belanda.

Latar Belakang Penulisan Buku Max Havelaar

Douwes Dekker adalah seorang pegawai negeri sipil yang mengabdi di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) selama 18 tahun. Ia pernah bertugas di berbagai daerah, seperti Ambon, Manado, Natal, Padang, dan Menado. Pada tahun 1856, ia diangkat menjadi asisten residen di Lebak, sebuah daerah yang kaya akan hasil bumi seperti kopi, gula, dan rempah-rempah.

Di sana, ia menemukan bahwa rakyat pribumi hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan akibat dari sistem tanam paksa atau cultuurstelsel yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Sistem ini mengharuskan rakyat pribumi untuk menanam tanaman komersial untuk diekspor ke Eropa dengan harga murah, sementara mereka sendiri tidak mendapatkan keuntungan apapun. Selain itu, rakyat pribumi juga harus membayar pajak dan upeti yang tinggi kepada para bupati dan regen yang bekerja sama dengan Belanda.

Baca Juga:  Jelaskan Perbedaan Batik Klasik dan Batik Pesisir

Douwes Dekker tidak tega melihat penderitaan rakyat pribumi dan berusaha untuk membela mereka. Ia menulis surat kepada gubernur jenderal Duymaer van Twist untuk melaporkan praktik-praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh para pejabat setempat. Ia juga menuntut agar rakyat pribumi diberi hak-hak dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan keadilan.

Namun, suratnya tidak mendapat tanggapan positif dari pemerintah kolonial. Malah, ia dituduh sebagai pengkhianat dan diancam akan dipecat dari jabatannya. Ia pun memilih untuk mengundurkan diri dan meninggalkan Hindia Belanda pada tahun 1857. Ia kemudian menetap di Eropa dan menulis novel Max Havelaar sebagai bentuk protes dan kritik terhadap kebijakan kolonial Belanda.

Isi Buku Max Havelaar

Buku Max Havelaar memiliki struktur yang kompleks dan menggunakan teknik bercerita dalam cerita (story within a story). Novel ini dibagi menjadi dua bagian utama: bagian pertama adalah cerita tentang Batavus Droogstoppel, seorang makelar kopi yang sombong dan tamak yang mendapatkan naskah novel Max Havelaar dari seorang temannya bernama Sjaalman; bagian kedua adalah cerita tentang Max Havelaar, seorang asisten residen di Lebak yang berjuang untuk rakyat pribumi.

Cerita tentang Batavus Droogstoppel digunakan sebagai sarana untuk menyindir masyarakat Belanda yang materialistis, munafik, dan tidak peduli dengan nasib rakyat pribumi di Hindia Belanda. Droogstoppel hanya tertarik dengan naskah novel Max Havelaar karena ia ingin memanfaatkannya untuk meningkatkan bisnis kopinya. Ia pun meminta bantuan kepada seorang murid sekolah bernama Ernest Stern untuk menyalin dan menyunting naskah tersebut.

Baca Juga:  Pelaut Belanda yang Pertama Kali Mendarat di Indonesia adalah Cornelis de Houtman

Cerita tentang Max Havelaar digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan fakta-fakta sejarah dan sosial tentang kondisi Hindia Belanda pada masa itu. Novel ini menggambarkan secara detail kehidupan rakyat pribumi yang tertindas, budaya dan adat istiadat mereka, serta perlawanan mereka terhadap penjajahan Belanda. Novel ini juga menggambarkan konflik batin Max Havelaar antara loyalitasnya kepada negara dan rasa kemanusiaannya kepada rakyat.

Novel ini berakhir dengan kata-kata Multatuli sendiri yang menyatakan bahwa ia adalah penulis sebenarnya dari novel tersebut. Ia juga menyampaikan pesan moral bahwa rakyat pribumi berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan manusiawi dari pemerintah kolonial Belanda. Ia juga menyerukan agar raja Belanda Willem III turun tangan untuk mengubah keadaan di Hindia Belanda.

Dampak Buku Max Havelaar

Buku Max Havelaar merupakan sebuah karya sastra yang revolusioner dan kontroversial. Novel ini mendapat banyak pujian maupun kritikan dari berbagai kalangan. Novel ini juga mempengaruhi perkembangan sastra Indonesia karena banyak penulis Indonesia yang terinspirasi oleh gaya tulisan Multatuli yang realistis, satiris, dan kritis.

Novel ini juga memiliki dampak politik dan sosial yang besar. Novel ini membuka mata masyarakat Eropa tentang realita penjajahan Belanda di Hindia Belanda. Novel ini juga membangkitkan kesadaran nasionalisme dan gerakan perlawanan di kalangan rakyat pribumi. Novel ini juga menjadi salah satu faktor yang mendorong reformasi kebijakan kolonial Belanda yang lebih liberal pada akhir abad ke-19.

Baca Juga:  Bagaimana Cara Mewujudkan Persatuan dalam Keragaman Budaya di Masyarakat?

Buku Max Havelaar adalah sebuah novel yang tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga memiliki nilai historis dan ideologis yang penting. Novel ini merupakan sebuah monumen sastra yang menjadi saksi bisu dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda.

Pos Terkait: