Sikap tawadlu’ atau merendahkan diri adalah salah satu etika yang harus dimiliki oleh seorang murid dalam menuntut ilmu. Tawadlu’ berarti menghormati guru dan mengikuti nasihatnya dengan penuh kepatuhan. Tawadlu’ juga berarti menghargai ilmu yang disampaikan oleh guru dan tidak menyombongkan diri dengan ilmu yang dimiliki.
Namun, tidak semua murid memiliki sikap tawadlu’ yang baik terhadap guru mereka. Ada beberapa perilaku yang menunjukkan ketidak-tawadlu’an seorang murid kepada guru, yang tentunya harus dihindari dan diperbaiki. Berikut adalah beberapa contoh sikap yang bukan merupakan tawadlu’ seorang murid kepada guru:
- Menentang pendapat guru tanpa alasan yang kuat. Seorang murid yang tawadlu’ akan menghormati pendapat guru dan tidak mudah menolaknya tanpa dasar yang jelas. Jika ada perbedaan pendapat, seorang murid harus menyampaikannya dengan sopan dan santun, serta bersedia mendengarkan penjelasan guru dengan hati terbuka. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, salah satu bentuk hormat murid kepada guru adalah dengan memilih pendapat guru, meskipun murid memiliki pendapat sendiri. Karena terkadang pendapat guru itu salah menurut murid, namun hanya dalam perasangkanya yang kurang memiliki pengalaman belajar yang luas.
- Menganggap diri lebih pintar dari guru. Seorang murid yang tawadlu’ akan menyadari bahwa ilmunya masih jauh di bawah guru, dan bahwa guru memiliki pengalaman dan keahlian yang lebih banyak daripada murid. Seorang murid tidak boleh menyombongkan diri dengan ilmunya dan merasa tidak perlu belajar lagi dari guru. Sebagaimana dikisahkan oleh Sayyid Murtadla az-Zabidi, posisi murid terhadap guru tidak hanya seperti orang sakit di hadapan dokter, tapi seperti seorang mayit di hadapan orang yang memandikannya, atau seperti jerami yang hanyut terseret aliran air. Betul-betul patuh secara total.
- Tidak menghargai waktu dan kesempatan belajar dari guru. Seorang murid yang tawadlu’ akan menganggap belajar dari guru sebagai suatu keberkahan dan kemuliaan, sehingga ia akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendapatkan ilmu dari guru. Seorang murid tidak boleh malas, bolos, atau terlambat dalam mengikuti pelajaran dari guru. Seorang murid juga tidak boleh mengganggu konsentrasi dan kenyamanan belajar dirinya sendiri maupun teman-temannya dengan berbicara, bercanda, atau bermain-main saat guru sedang mengajar.
- Tidak berterima kasih dan berkhidmat kepada guru. Seorang murid yang tawadlu’ akan selalu bersyukur atas jasa-jasa guru yang telah memberikan ilmu kepadanya, dan akan berusaha untuk membalasnya dengan cara-cara yang baik. Seorang murid tidak boleh lupa atau ingkar kepada guru, apalagi bersikap kasar atau tidak sopan kepada guru. Seorang murid juga harus bersedia untuk membantu dan melayani kebutuhan-kebutuhan guru sebagaimana mungkin, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan.
Demikianlah beberapa contoh sikap yang bukan merupakan tawadlu’ seorang murid kepada guru. Semoga kita semua dapat menjadi murid-murid yang tawadlu’, hormat, dan patuh kepada guru-guru kita, sehingga kita dapat meraih ilmu yang bermanfaat dan berkah. Amin.