Masa praaksara adalah masa di mana manusia belum mengenal tulisan. Masa ini dimulai sejak manusia ada di muka bumi sampai dengan saat manusia mengenal tulisan. Setiap bangsa tidak sama meninggalkan masa praaksara. Masuknya suatu bangsa ke dalam zaman sejarah bergantung dari adanya penemuan tertulis pertama.
Kehidupan manusia pada masa praaksara sangat dipengaruhi oleh lingkungan alam sekitarnya. Manusia praaksara harus beradaptasi dengan kondisi alam yang berubah-ubah dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, kehidupan manusia pada masa praaksara dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
Tahap Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Tahap ini adalah tahap awal kehidupan manusia pada masa praaksara. Manusia praaksara hidup secara nomaden, yaitu berpindah-pindah tempat untuk mencari sumber makanan yang tersedia di alam. Mereka berburu binatang liar, seperti gajah, banteng, badak, rusa, dan kerbau. Mereka juga mengumpulkan buah-buahan, umbi-umbian, daun-daunan, dan ikan. Kegiatan berburu biasanya dilakukan oleh laki-laki, sedangkan kegiatan mengumpulkan makanan biasanya dilakukan oleh perempuan.
Alat-alat yang digunakan manusia praaksara pada tahap ini terbuat dari batu, tulang, dan kayu. Alat-alat tersebut antara lain:
- Kapak perimbas, yaitu kapak batu yang digenggam dan tidak bertangkai. Fungsinya adalah untuk merimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang.
- Kapak genggam, yaitu kapak batu yang berbentuk lonjong dan runcing di salah satu ujungnya. Fungsinya adalah untuk menggali umbi-umbian dan memotong hewan buruan.
- Alat serpih, yaitu alat yang terbuat dari tulang atau tanduk rusa yang berbentuk runcing. Fungsinya adalah untuk penusuk, alat melubangi (gurdi), dan sebagai pisau.
Manusia praaksara juga sudah mengenal api. Mereka membuat api dengan cara menggosokkan dua batu yang mengandung unsur besi. Api digunakan untuk memasak makanan, penerangan, dan perlindungan dari binatang buas.
Manusia praaksara hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang disebut klan. Mereka memiliki hubungan kekerabatan yang erat dan saling membantu dalam mencari makanan dan bertahan hidup. Mereka juga memiliki kepercayaan terhadap roh-roh alam dan nenek moyang. Mereka melakukan upacara-upacara untuk memohon kesuburan, kesehatan, dan keselamatan.
Tempat tinggal manusia praaksara pada tahap ini biasanya berupa gua-gua dekat sungai atau pantai. Di dalam gua-gua tersebut, mereka meninggalkan jejak berupa lukisan-lukisan dinding yang menggambarkan kehidupan sehari-hari mereka. Contoh lukisan gua yang berasal dari masa ini adalah lukisan Gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan.
Tahap Bercocok Tanam
Tahap ini adalah tahap peralihan dari kehidupan nomaden menjadi kehidupan menetap. Manusia praaksara mulai mengenal cara bercocok tanam dan beternak. Mereka menanam tanaman pangan, seperti padi, jagung, ubi, dan gandum. Mereka juga memelihara hewan ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, dan ayam. Dengan demikian, mereka tidak lagi bergantung pada alam, tetapi sudah mampu menghasilkan makanan sendiri.
Alat-alat yang digunakan manusia praaksara pada tahap ini terbuat dari batu, tulang, kayu, dan logam. Alat-alat tersebut antara lain:
- Cangkul, yaitu alat yang terbuat dari kayu yang ujungnya dilengkapi dengan batu atau tulang. Fungsinya adalah untuk menggali tanah dan menanam bibit.
- Sabit, yaitu alat yang terbuat dari kayu yang ujungnya dilengkapi dengan batu atau logam yang melengkung. Fungsinya adalah untuk memotong tanaman pangan.
- Kapak lonjong, yaitu kapak batu yang berbentuk lonjong dan rata di kedua sisinya. Fungsinya adalah untuk menebang pohon dan membuat perahu.
- Kapak persegi, yaitu kapak batu yang berbentuk persegi dan rata di kedua sisinya. Fungsinya adalah untuk menghaluskan kayu dan membuat rumah.
Manusia praaksara juga sudah mengembangkan teknologi pembuatan tembikar. Mereka membuat tembikar dari tanah liat yang dibentuk dan dibakar. Tembikar digunakan untuk menyimpan makanan, air, dan barang-barang lainnya.
Manusia praaksara hidup dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan lebih teratur. Mereka memiliki pemimpin yang disebut kepala suku. Mereka juga memiliki pembagian kerja yang lebih jelas. Laki-laki bertugas sebagai petani, nelayan, pemburu, dan pejuang. Perempuan bertugas sebagai pengrajin, penenun, dan pengasuh anak. Mereka juga memiliki kepercayaan yang lebih kompleks. Mereka memuja dewa-dewa yang berhubungan dengan alam, seperti dewa matahari, dewa hujan, dan dewa tanah. Mereka juga menghormati nenek moyang dengan membuat arca-arca dan kuburan-kuburan.
Tempat tinggal manusia praaksara pada tahap ini biasanya berupa rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu. Rumah-rumah tersebut dibangun di atas tanah atau di atas air. Di sekitar rumah-rumah tersebut, mereka membuat ladang-ladang, kebun-kebun, dan kolam-kolam. Contoh tempat tinggal yang berasal dari masa ini adalah Desa Kampong Ayer di Brunei Darussalam.
Tahap Perundagian
Tahap ini adalah tahap kemajuan teknologi yang dimiliki manusia praaksara. Manusia praaksara sudah mengenal cara menambang dan mengolah logam, seperti tembaga, perunggu, besi, dan emas. Mereka membuat alat-alat dan senjata-senjata dari logam yang lebih kuat dan tajam. Mereka juga membuat perhiasan-perhiasan dari logam yang lebih indah dan berharga.
Alat-alat yang digunakan manusia praaksara pada tahap ini terbuat dari logam, seperti:
- Kapak corong, yaitu kapak logam yang berbentuk corong di bagian tangkainya. Fungsinya adalah untuk menebang pohon dan membuat perahu.
- Pedang, yaitu senjata logam yang berbentuk panjang dan runcing di ujungnya. Fungsinya adalah untuk berperang dan berburu.
- Tombak, yaitu senjata logam yang berbentuk runcing di ujungnya dan dipasang pada kayu. Fungsinya adalah untuk berperang dan berburu.