Tanaman hias merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan diminati oleh banyak orang. Tanaman hias dapat memberikan keindahan, kesegaran, dan kesehatan bagi lingkungan sekitarnya. Namun, dalam budidaya tanaman hias, seringkali dihadapi masalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menurunkan kualitas dan produktivitas tanaman.
OPT adalah organisme yang dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan pada tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. OPT dapat berupa hewan (hama), mikroorganisme (penyakit), atau tumbuhan (gulma). OPT dapat menimbulkan kerusakan pada setiap tahapan pertumbuhan tanaman, mulai dari bibit, vegetatif, generatif, hingga panen.
Pengendalian OPT adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi kerugian akibat serangan OPT dengan cara yang ramah lingkungan dan ekonomis. Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Cara Teknik Budi Daya atau Kultur Teknik
Cara ini meliputi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan teknik bercocok tanam, seperti:
- Pemilihan bibit yang sehat, bersih, dan bebas dari OPT.
- Pemilihan lokasi dan media tanam yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
- Pemeliharaan tanaman secara rutin, seperti penyiraman, pemupukan, penyiangan, pemangkasan, dan penjarangan.
- Pemotongan atau pembuangan bagian tanaman yang sakit atau terserang OPT.
- Pembuangan sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi tempat berbiaknya OPT.
- Rotasi tanaman atau pergantian jenis tanaman pada lahan yang sama untuk mengurangi populasi OPT.
2. Cara Fisik
Cara ini meliputi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan alat atau bahan fisik untuk mengendalikan OPT, seperti:
- Penggunaan jaring, kawat, plastik, atau kaca untuk melindungi tanaman dari serangan hama terbang, seperti lalat, nyamuk, atau kupu-kupu.
- Penggunaan perangkap, jebakan, atau umpan untuk menangkap atau membunuh hama, seperti tikus, keong, atau siput.
- Penggunaan api, air panas, uap, sinar matahari, atau radiasi untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit.
- Penggunaan garam, asam, basa, atau alkohol untuk menghambat pertumbuhan gulma.
3. Cara Biologi
Cara ini meliputi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan organisme hidup untuk mengendalikan OPT, seperti:
- Penggunaan agen hayati, yaitu organisme yang dapat menekan atau membunuh OPT tanpa merugikan tanaman. Contohnya adalah bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) yang dapat membunuh ulat penggerek pada tanaman jagung, kol, brokoli, dan kentang. Bakteri Bt menghasilkan toksin protein kristal yang dapat mengikat reseptor usus ulat dan menyebabkan keracunan pada ulat.
- Penggunaan predator atau parasitoid, yaitu hewan yang dapat memangsa atau menginfeksi OPT. Contohnya adalah laba-laba yang dapat memangsa kutu daun, wereng, atau ulat; lebah Trigona yang dapat menginfeksi telur ngengat pada tanaman apel; atau cacing nematoda yang dapat menginfeksi larva lalat buah pada tanaman tomat.
- Penggunaan tanaman perangkap, yaitu tanaman yang dapat menarik atau menjerat OPT sehingga tidak menyerang tanaman utama. Contohnya adalah tanaman marigold yang dapat menarik kutu daun, nematoda, atau ulat; atau tanaman mimosa yang dapat menjerat lalat buah.
4. Cara Kimiawi
Cara ini meliputi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan OPT, seperti:
- Penggunaan pestisida, yaitu bahan kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan OPT. Pestisida dapat berupa insektisida untuk mengendalikan hama serangga, fungisida untuk mengendalikan penyakit jamur, herbisida untuk mengendalikan gulma, dan sebagainya. Pestisida dapat bersifat sintetis (buatan) atau alami (bahan nabati atau mineral).
- Penggunaan pupuk, yaitu bahan kimia yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Pupuk dapat berupa organik (bahan alami) atau anorganik (bahan buatan). Pupuk dapat membantu tanaman lebih tahan terhadap serangan OPT.
Dalam melakukan pengendalian OPT, perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut:
- Menggunakan cara yang sesuai dengan jenis dan tingkat serangan OPT.
- Menggunakan cara yang ramah lingkungan dan tidak merusak keseimbangan ekosistem.
- Menggunakan cara yang ekonomis dan efektif.
- Menggunakan cara yang aman bagi kesehatan manusia dan hewan.