Pasar modal adalah tempat bertemunya para pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak yang memiliki dana (investor). Di pasar modal, investor dapat membeli berbagai instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Dengan berinvestasi di pasar modal, investor berharap dapat memperoleh keuntungan dari kenaikan harga atau pembagian dividen.
Namun, berinvestasi di pasar modal juga memiliki risiko yang tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, investor perlu mengetahui cara berinvestasi di pasar modal yang tepat agar dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh investor pemula untuk berinvestasi di pasar modal:
1. Tentukan Tujuan dan Profil Risiko
Sebelum memulai berinvestasi di pasar modal, investor harus menentukan tujuan dan profil risiko yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan finansialnya. Tujuan investasi dapat berupa jangka pendek, menengah, atau panjang, tergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya. Profil risiko adalah tingkat kenyamanan investor terhadap kemungkinan kerugian yang dapat terjadi akibat fluktuasi harga instrumen investasi.
Investor dapat menentukan profil risikonya dengan mengisi kuesioner yang disediakan oleh bank atau pialang tempat ia membuka rekening efek. Secara umum, profil risiko dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Investor konservatif adalah yang tidak suka mengambil risiko dan lebih mengutamakan keamanan modal. Investor moderat adalah yang bersedia mengambil risiko sedang dan mengharapkan imbal hasil yang cukup. Investor agresif adalah yang berani mengambil risiko tinggi dan mengejar imbal hasil yang tinggi.
2. Pilih Instrumen Investasi yang Sesuai
Setelah menentukan tujuan dan profil risiko, investor dapat memilih instrumen investasi yang sesuai dengan karakteristiknya. Di pasar modal, terdapat berbagai instrumen investasi yang dapat dipilih, antara lain:
- Saham: Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas sebagian modal perusahaan. Dengan membeli saham, investor menjadi pemilik perusahaan tersebut secara proporsional. Investor dapat memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembagian dividen. Namun, saham juga memiliki risiko yang tinggi karena harga saham dapat turun akibat faktor internal atau eksternal perusahaan.
- Obligasi: Obligasi adalah surat utang jangka menengah atau panjang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk memperoleh dana. Dengan membeli obligasi, investor menjadi pemberi pinjaman kepada penerbit obligasi. Investor dapat memperoleh keuntungan dari pembayaran bunga (kupon) secara berkala dan pelunasan pokok utang pada saat jatuh tempo. Obligasi memiliki risiko yang lebih rendah daripada saham karena memiliki prioritas pembayaran yang lebih tinggi.
- Reksadana: Reksadana adalah kumpulan dana dari para investor yang dikelola oleh manajer investasi profesional untuk berinvestasi di berbagai instrumen pasar modal. Dengan membeli reksadana, investor dapat memiliki portofolio investasi yang terdiversifikasi dengan biaya yang lebih rendah daripada berinvestasi secara langsung. Investor dapat memperoleh keuntungan dari kenaikan nilai unit penyertaan atau pembagian deviden. Reksadana memiliki risiko yang bervariasi tergantung pada jenis dan komposisi portofolionya.
3. Lakukan Riset dan Analisis
Setelah memilih instrumen investasi, investor harus melakukan riset dan analisis untuk mengetahui kinerja dan prospek instrumen investasi tersebut. Investor dapat menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah metode analisis yang berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi nilai intrinsik instrumen investasi, seperti laporan keuangan, rasio keuangan, prospek industri, kondisi makroekonomi, dan lain-lain. Analisis teknikal adalah metode analisis yang berfokus pada pergerakan harga dan volume instrumen investasi di pasar dengan menggunakan alat bantu seperti grafik, indikator, pola, dan lain-lain.
Investor dapat memanfaatkan berbagai sumber informasi untuk melakukan riset dan analisis, seperti laporan keuangan, laporan tahunan, laporan riset, situs web resmi, media massa, forum diskusi, dan lain-lain. Investor juga dapat mengikuti berbagai seminar, workshop, atau pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak-pihak terkait, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI), dan lain-lain.
4. Tentukan Strategi dan Rencana Investasi
Setelah melakukan riset dan analisis, investor harus menentukan strategi dan rencana investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risikonya. Strategi investasi adalah pendekatan yang digunakan oleh investor untuk mencapai tujuan investasinya. Rencana investasi adalah rencana aksi yang berisi detail mengenai instrumen investasi yang dipilih, jumlah dana yang dialokasikan, waktu pembelian dan penjualan, target imbal hasil, batas kerugian yang dapat ditoleransi (cut loss), dan lain-lain.
Investor dapat menggunakan berbagai strategi investasi, seperti:
- Buy and hold: Strategi investasi yang mengutamakan pembelian instrumen investasi yang berkualitas dan menyimpannya dalam jangka panjang tanpa terpengaruh oleh fluktuasi harga di pasar.
- Value investing: Strategi investasi yang mencari instrumen investasi yang dianggap undervalued atau dihargai di bawah nilai intrinsiknya dengan harapan harga akan naik pada akhirnya.
- Growth investing: Strategi investasi yang mencari instrumen investasi yang memiliki pertumbuhan pendapatan dan laba yang tinggi dan konsisten dengan harapan harga akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan.
- Momentum investing: Strategi investasi yang mengikuti tren harga instrumen investasi di pasar dengan membeli saat harga naik dan menjual saat harga turun.
- Contrarian investing: Strategi investasi yang melawan arus tren harga instrumen investasi di pasar dengan membeli saat harga turun dan menjual saat harga naik.
5. Lakukan Transaksi dan Evaluasi
Setelah menentukan strategi dan rencana investasi, investor dapat melakukan transaksi pembelian dan penjualan instrumen investasi melalui bank atau pialang tempat ia membuka rekening efek. Investor dapat melakukan transaksi secara online melalui aplikasi atau situs web yang disediakan oleh bank atau pialang, atau secara offline melalui telepon atau kunjungan langsung ke kantor cabang. Investor harus memperhatikan biaya transaksi yang dikenakan oleh bank atau pialang, seperti biaya administrasi, biaya komisi, biaya kliring, pajak, dan lain-lain.
Setelah melakukan transaksi, investor harus melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui kinerja portofolio investasinya. Investor dapat membandingkan imbal hasil portofolio investasinya dengan imbal hasil instrumen investasi lainnya atau indeks pasar. Investor juga dapat menyesuaikan strategi dan rencana investasinya sesuai dengan kondisi pasar atau tujuan investasinya. Investor harus disiplin dalam menjalankan strategi dan rencana investasinya serta tidak terpengaruh oleh emosi atau faktor-faktor lain yang tidak rasional.