Asfiksi adalah kondisi medis yang ditandai dengan kekurangan oksigen di dalam tubuh akibat gangguan fungsi dan kerja organ pernapasan. Asfiksi dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti tersedak, tercekik, paparan asap atau zat kimia, overdosis obat, atau asfiksi pada bayi. Asfiksi merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, cedera otak, hingga kematian jika tidak segera ditangani.
Penyebab Asfiksi
Asfiksi dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
- Tersedak. Orang yang tersedak mengalami penyumbatan di tenggorokan hingga ke saluran pernapasan yang lebih dalam, seperti trakea dan bronkus. Kondisi ini dapat menghambat aliran udara ke paru-paru dan menyebabkan kekurangan oksigen. Bayi dan balita rentan mengalami asfiksi akibat tersedak karena mereka sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam mulut. Orang lanjut usia juga berisiko tinggi mengalami asfiksi akibat tersedak jika mereka memiliki gangguan menelan atau menggunakan gigi palsu.
- Tercekik. Tercekik adalah kondisi ketika jalan napas tertutup oleh sesuatu yang menekan leher, seperti tali, kain, atau tangan. Kondisi ini dapat menghentikan aliran udara ke paru-paru dan menyebabkan kekurangan oksigen. Anak-anak sering mengalami asfiksi akibat tercekik saat bermain atau memakai aksesoris kalung. Orang dewasa juga dapat mengalami asfiksi akibat tercekik jika terlibat dalam kekerasan, bunuh diri, atau kecelakaan.
- Paparan asap atau zat kimia. Asap yang dihasilkan dari pembakaran, polusi, atau limbah industri dapat mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi pernapasan, seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, amonia, klorin, dan nitrogen dioksida. Zat-zat kimia ini dapat mengiritasi dan membengkakkan saluran napas, menyebabkan penyempitan jalan napas, atau mengikat hemoglobin darah sehingga mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen. Paparan asap atau zat kimia dapat menyebabkan asfiksi dan keracunan.
- Overdosis obat. Beberapa jenis obat yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan overdosis yang mengganggu fungsi pernapasan. Contohnya adalah opioid, yaitu golongan obat pereda nyeri yang dapat menekan pusat pernapasan di otak. Overdosis opioid dapat menyebabkan pernapasan menjadi lambat, dangkal, atau berhenti sama sekali, sehingga menyebabkan kekurangan oksigen.
- Asfiksi pada bayi. Asfiksi pada bayi adalah kondisi ketika bayi mengalami kekurangan oksigen sebelum, selama, atau sesudah proses persalinan. Asfiksi pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan plasenta, tali pusar terlilit leher bayi, infeksi pada ibu atau bayi, kelainan bawaan pada bayi, atau komplikasi saat persalinan. Asfiksi pada bayi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, kejang, atau kematian.
Gejala Asfiksi
Gejala asfiksi dapat bervariasi tergantung pada penyebab, tingkat keparahan, dan lama terjadinya kekurangan oksigen. Beberapa gejala umum yang dapat timbul akibat asfiksi adalah:
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Kulit, bibir, atau kuku menjadi biru atau pucat
- Nyeri dada
- Batuk
- Pusing
- Sakit kepala
- Mual atau muntah
- Kelelahan
- Bingung
- Gelisah
- Kehilangan kesadaran
- Koma
Cara Mengatasi Asfiksi
Asfiksi merupakan kondisi gawat darurat yang memerlukan penanganan segera. Jika Anda melihat seseorang mengalami asfiksi, berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda lakukan:
- Hubungi bantuan medis secepatnya atau bawa korban ke rumah sakit terdekat.
- Jika korban tersedak, lakukan manuver Heimlich, yaitu menekan perut korban dengan tangan Anda dari belakang untuk mendorong benda yang menyumbat keluar dari mulut.
- Jika korban tercekik, lepaskan benda yang menekan leher korban dan buka jalan napasnya dengan mencondongkan kepala ke belakang dan mengangkat dagu ke atas.
- Jika korban terpapar asap atau zat kimia, pindahkan korban ke tempat yang memiliki udara segar dan bersih. Jika mata, kulit, atau mulut korban terkena zat kimia, bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
- Jika korban overdosis obat, cari tahu jenis obat yang dikonsumsi korban dan beritahu petugas medis. Jika overdosis opioid, berikan nalokson jika tersedia untuk meniadakan efek opioid.
- Jika korban tidak bernapas atau tidak memiliki denyut nadi, lakukan resusitasi jantung paru (RJP) dengan menekan dada korban sebanyak 100–120 kali per menit dan memberikan napas buatan dengan mulut ke mulut atau menggunakan masker.
- Jika korban bernapas dan memiliki denyut nadi, letakkan korban dalam posisi miring untuk mencegah muntahan masuk ke saluran napas. Tutupi korban dengan selimut untuk menjaga suhu tubuhnya.
Pencegahan Asfiksi
Asfiksi dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal berikut:
- Hindari memasukkan benda-benda kecil ke dalam mulut, terutama pada bayi dan balita. Potong makanan menjadi ukuran kecil dan kunyah dengan baik sebelum menelan. Jangan berbicara atau tertawa saat makan.
- Hindari memakai aksesoris yang dapat menjerat leher, seperti kalung, syal, atau dasi. Jangan biarkan anak-anak bermain dengan benda-benda yang dapat menjerat leher, seperti tali, kabel, atau kantong plastik.
- Hindari paparan asap atau zat kimia yang dapat mengganggu pernapasan. Gunakan masker, sarung tangan, dan kacamata pelindung jika bekerja dengan zat kimia. Pasang detektor karbon monoksida di rumah atau tempat kerja. Jauhi sumber api atau asap jika terjadi kebakaran.
- Hindari penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter atau melebihi dosis yang dianjurkan. Simpan obat-obatan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak. Jangan mencampur obat-obatan dengan alkohol atau zat adiktif lainnya.
- Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin selama masa kehamilan dan persalinan. Pastikan bayi mendapatkan asupan oksigen yang cukup sebelum, selama, dan sesudah lahir. Jaga kebersihan tali pusar bayi dan potong sesuai prosedur yang benar.