SD Tunas adalah salah satu sekolah dasar swasta yang terkenal di kota Bandung. Sekolah ini memiliki reputasi baik dalam hal prestasi akademik maupun non-akademik. Namun, ada satu hal yang menjadi sorotan publik terkait dengan penerimaan siswa baru di SD Tunas, yaitu seleksi masuk SD.
Menurut informasi yang beredar, SD Tunas melakukan seleksi masuk SD untuk siswa baru yang akan mendaftar untuk kelas 1. Seleksi ini meliputi tes tertulis dan wawancara yang bertujuan untuk mengukur kesiapan dan kemampuan anak-anak dalam belajar di SD. Apakah yang dilakukan SD Tunas telah sesuai dengan gerakan transisi PAUD SD?
Gerakan transisi PAUD SD adalah sebuah program yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memfasilitasi anak-anak usia dini agar dapat beradaptasi dengan lingkungan belajar di SD. Gerakan ini mengedepankan prinsip inklusif, holistik, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran anak-anak.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam gerakan transisi PAUD SD adalah kegiatan perkenalan atau orientasi bagi siswa baru kelas 1 SD. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan anak-anak dengan guru, teman sekelas, kurikulum, fasilitas, dan aturan-aturan di sekolah. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengurangi rasa cemas, takut, atau stres yang mungkin dialami oleh anak-anak saat memasuki jenjang pendidikan formal.
Lalu, bagaimana hubungan antara seleksi masuk SD Tunas dengan gerakan transisi PAUD SD? Apakah seleksi masuk SD Tunas mendukung atau justru menghambat gerakan transisi PAUD SD?
Menurut pendapat saya, seleksi masuk SD Tunas tidak sesuai dengan gerakan transisi PAUD SD. Alasan-alasan saya adalah sebagai berikut:
- Seleksi masuk SD Tunas dapat menimbulkan rasa bersaing yang tidak sehat di antara anak-anak usia dini. Anak-anak dapat merasa tertekan atau minder jika tidak lolos seleksi atau jika mendapat nilai rendah. Hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis dan emosional anak-anak.
- Seleksi masuk SD Tunas dapat menimbulkan kesenjangan sosial di antara anak-anak usia dini. Anak-anak yang lolos seleksi dapat merasa superior atau sombong terhadap anak-anak yang tidak lolos atau yang berasal dari latar belakang ekonomi atau sosial yang berbeda. Hal ini dapat mengganggu proses interaksi sosial dan pembentukan karakter anak-anak.
- Seleksi masuk SD Tunas dapat menimbulkan ketidaksesuaian antara kebutuhan dan potensi anak-anak usia dini. Anak-anak yang lolos seleksi mungkin tidak selalu memiliki minat atau bakat yang sesuai dengan kurikulum atau metode pembelajaran di SD Tunas. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak merasa bosan, frustasi, atau tidak termotivasi dalam belajar.
- Seleksi masuk SD Tunas dapat menimbulkan ketimpangan antara hak dan kesempatan anak-anak usia dini. Anak-anak yang tidak lolos seleksi mungkin tidak mendapat kesempatan untuk mendapatkan pendidikan berkualitas di SD Tunas. Hal ini dapat melanggar hak dasar anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan merata.
Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa seleksi masuk SD Tunas harus dihapuskan atau setidaknya direvisi agar lebih sesuai dengan gerakan transisi PAUD SD. Sebagai gantinya, SD Tunas dapat melakukan kegiatan perkenalan atau orientasi bagi siswa baru kelas 1 SD secara inklusif, holistik, dan menyenangkan. Kegiatan ini dapat melibatkan orang tua, guru, dan siswa lama sebagai mitra dalam membantu anak-anak beradaptasi dengan lingkungan belajar di SD.