Nilai tukar adalah perbandingan nilai antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Nilai tukar dapat berubah-ubah sesuai dengan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. Pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara, baik secara positif maupun negatif.
Dampak Positif Pergerakan Nilai Tukar
Pergerakan nilai tukar yang mengarah pada apresiasi atau penguatan mata uang suatu negara dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian negara tersebut, antara lain:
- Menurunkan inflasi, karena harga barang impor menjadi lebih murah.
- Menurunkan defisit neraca perdagangan, karena ekspor menjadi lebih kompetitif di pasar internasional.
- Menambah cadangan devisa, karena aliran modal masuk meningkat.
- Meningkatkan kepercayaan investor, karena menunjukkan stabilitas makroekonomi.
Dampak Negatif Pergerakan Nilai Tukar
Pergerakan nilai tukar yang mengarah pada depresiasi atau pelemahan mata uang suatu negara dapat memberikan dampak negatif bagi perekonomian negara tersebut, antara lain:
- Meningkatkan inflasi, karena harga barang impor menjadi lebih mahal.
- Meningkatkan defisit neraca perdagangan, karena impor menjadi lebih besar daripada ekspor.
- Mengurangi cadangan devisa, karena aliran modal keluar meningkat.
- Menurunkan kepercayaan investor, karena menunjukkan ketidakstabilan makroekonomi.
Hubungan Antara Pergerakan Nilai Tukar dan Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi adalah situasi di mana perekonomian suatu negara mengalami penurunan drastis yang diakibatkan oleh krisis keuangan. Krisis ekonomi dapat ditandai dengan beberapa gejala, seperti penurunan PDB, peningkatan pengangguran, kenaikan harga bahan pokok, anjloknya harga properti dan saham, dan lain sebagainya.
Pergerakan nilai tukar dapat menjadi salah satu penyebab maupun akibat dari krisis ekonomi. Beberapa contoh hubungan antara pergerakan nilai tukar dan krisis ekonomi adalah sebagai berikut:
- Krisis ekonomi Asia 1997-1998. Krisis ini dipicu oleh spekulasi yang menyebabkan depresiasi mata uang beberapa negara Asia, seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan. Depresiasi mata uang ini menyebabkan meningkatnya beban utang luar negeri dan biaya impor, serta menurunnya daya saing ekspor. Akibatnya, perekonomian negara-negara tersebut mengalami kontraksi yang dalam dan berkepanjangan.
- Krisis ekonomi Argentina 2001-2002. Krisis ini dipicu oleh ketidakmampuan pemerintah Argentina untuk membayar utang luar negerinya yang besar. Hal ini menyebabkan kepanikan di pasar keuangan dan menurunnya kepercayaan terhadap mata uang peso. Pemerintah Argentina akhirnya melepaskan ikatan nilai tukar peso dengan dolar AS yang telah berlaku sejak 1991. Akibatnya, peso mengalami depresiasi yang drastis dan inflasi melonjak. Perekonomian Argentina pun mengalami resesi yang parah dan krisis sosial-politik.
- Dampak COVID-19 terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan IHSG. Pandemi COVID-19 yang terjadi secara global telah memberikan pengaruh yang besar bagi perekonomian Indonesia. Lonjakan jumlah penderita dengan tingkat kematian yang tinggi telah menyebabkan kepanikan di kalangan masyarakat dan dunia usaha. Respon pemerintah dan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan, seperti penutupan sekolah, work from home, penundaan dan pembatalan berbagai event, penghentian beberapa moda transportasi umum, dan pemberlakuan PSBB di berbagai daerah, membuat roda perputaran ekonomi melambat. Hal ini berdampak pada depresiasi rupiah terhadap dolar AS dan koreksi IHSG. Menurut studi yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, peningkatan 1% pada kasus COVID-19 menyebabkan depresiasi rupiah terhadap dolar AS sebesar 0,02% dan penurunan IHSG sebesar 0,03%.
Kesimpulan
Pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara, baik secara positif maupun negatif. Pergerakan nilai tukar yang mengarah pada apresiasi atau penguatan mata uang dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian negara tersebut, seperti menurunkan inflasi, menurunkan defisit neraca perdagangan, menambah cadangan devisa, dan meningkatkan kepercayaan investor. Sebaliknya, pergerakan nilai tukar yang mengarah pada depresiasi atau pelemahan mata uang dapat memberikan dampak negatif bagi perekonomian negara tersebut, seperti meningkatkan inflasi, meningkatkan defisit neraca perdagangan, mengurangi cadangan devisa, dan menurunkan kepercayaan investor.
Pergerakan nilai tukar dapat menjadi salah satu penyebab maupun akibat dari krisis ekonomi. Krisis ekonomi adalah situasi di mana perekonomian suatu negara mengalami penurunan drastis yang diakibatkan oleh krisis keuangan. Beberapa contoh hubungan antara pergerakan nilai tukar dan krisis ekonomi adalah krisis ekonomi Asia 1997-1998, krisis ekonomi Argentina 2001-2002, dan dampak COVID-19 terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan IHSG.