Pertanian adalah salah satu sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pertanian tidak hanya menyediakan pangan, tetapi juga bahan baku industri, energi, dan kesejahteraan bagi petani. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di sektor pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan pertanian.
Salah satu peristiwa dunia yang menandai berkembangnya IPTEK di sektor pertanian adalah revolusi hijau. Revolusi hijau adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan besar-besaran dalam cara bercocok tanam atau bertani dari menggunakan cara tradisional menjadi cara modern. Revolusi hijau dimulai pada tahun 1960-an hingga 1970-an di negara-negara berkembang, terutama di Asia dan Amerika Latin.
Revolusi hijau ditandai oleh penggunaan varietas unggul, pupuk kimia, pestisida, irigasi, dan mekanisasi pertanian. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil panen dan mengatasi masalah kelaparan dan kemiskinan di dunia. Beberapa contoh tanaman yang mengalami revolusi hijau adalah padi, gandum, jagung, dan kedelai.
Revolusi hijau memberikan dampak positif dan negatif bagi sektor pertanian dan lingkungan. Dampak positifnya adalah meningkatnya produksi pangan, pendapatan petani, dan ketahanan pangan. Dampak negatifnya adalah menurunnya keragaman genetik tanaman, pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan kimia, dan ketimpangan sosial ekonomi antara petani besar dan kecil.
Revolusi hijau merupakan peristiwa penting yang menunjukkan peran IPTEK dalam mengubah sektor pertanian. Namun, revolusi hijau juga menimbulkan berbagai tantangan dan masalah yang harus diatasi dengan IPTEK yang lebih maju dan berkelanjutan. Salah satu contoh IPTEK terkini yang dapat mendukung sistem produksi tanaman dan pertanian berkelanjutan adalah Revolusi Industri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 adalah istilah yang mengacu pada dampak lintas sektor dari teknologi informasi dan komunikasi, khususnya kecerdasan buatan (AI), internet of things (IoT), dan cyber physical systems (CPS), serta teknologi terkini lainnya seperti big data, gen sequencing, cloud computing, blockchain, dan lain-lain.
Revolusi Industri 4.0 dapat memberikan kontribusi signifikan bagi sektor pertanian, seperti meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pengelolaan lahan, tanaman, hama, penyakit, panen, pasca panen, dan rantai pasok; meningkatkan kualitas dan kesesuaian produk pertanian dengan kebutuhan konsumen; meningkatkan transparansi dan keamanan dalam distribusi dan konsumsi produk pertanian; serta meningkatkan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrem, kekeringan, banjir, dan bencana lainnya.
Revolusi Industri 4.0 juga sejalan dengan visi dari lembaga pangan dan pertanian dunia, Food and Agriculture Organization (FAO), yaitu “dunia yang bebas dari kelaparan dan malnutrisi, di mana makanan dan pertanian berkontribusi meningkatkan standar hidup semua orang, terutama yang termiskin, secara ekonomi, sosial dan lingkungan yang berkelanjutan”. Revolusi Industri 4.0 juga dapat membantu mencapai tujuan kedua dari 17 Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu mengakhiri kelaparan untuk mencapai ketahanan pangan dan peningkatan nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa dunia yang menandai berkembangnya IPTEK di sektor pertanian adalah revolusi hijau dan revolusi industri 4.0. Kedua peristiwa ini menunjukkan bahwa IPTEK memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan sektor pertanian yang produktif, efisien, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, IPTEK harus terus dikembangkan dan diterapkan dengan bijak dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan lingkungan.