Apa Penyebab Terjadinya Lipatan pada Litosfer?

Apa Penyebab Terjadinya Lipatan pada Litosfer?

Posted on

Litosfer adalah lapisan batuan yang membentuk kulit bumi dan menjadi lapisan bumi paling atas. Litosfer terdiri dari kerak bumi dan bagian atas mantel bumi. Litosfer juga merupakan tempat tinggal bagi makhluk hidup, termasuk manusia.

Namun, litosfer tidaklah statis, melainkan dinamis. Litosfer terbagi menjadi beberapa lempeng tektonik yang saling bergerak akibat tenaga endogen dari dalam bumi. Pergerakan lempeng tektonik ini dapat menyebabkan perubahan bentuk dan relief permukaan bumi.

Salah satu perubahan bentuk yang dapat terjadi pada litosfer adalah lipatan. Lipatan adalah struktur geologi yang berbentuk seperti gelombang yang terbentuk ketika batuan berubah bentuk dengan menekuk alih-alih patah di bawah tekanan kompresi akibat pertemuan lempeng.

Lipatan dapat terbentuk dalam berbagai ukuran dan konfigurasi. Beberapa mungkin berupa barisan pegunungan lipatan dengan strata setebal ratusan meter. Beberapa lainnya mungkin hanya berupa pola lipatan mikroskopis yang dapat ditemukan pada struktur batuan metamorf.

Lipatan merupakan salah satu struktur geologis yang terbentuk karena deformasi batuan. Deformasi batuan adalah perubahan bentuk, ukuran, atau orientasi batuan akibat gaya-gaya yang bekerja pada batuan.

Deformasi batuan dapat disebabkan oleh tenaga eksogen dan endogen. Tenaga eksogen adalah tenaga-tenaga yang menyebabkan perubahan pada litosfer yang datangnya dari luar bumi. Contohnya adalah pelapukan, pengangkutan, pengikisan (seperti erosi dan abrasi), serta pelongsoran.

Baca Juga:  Internet di Indonesia Dimulai Pada Tahun 1990-an

Tenaga endogen adalah tenaga-tenaga yang berasal dari dalam bumi dan dapat menyebabkan perubahan pada litosfer. Misalnya, gejala yang berhubungan dengan aktivitas magma (vulkanisme), gejala yang berhubungan dengan lipatan, patahan, dan geseran lempeng bumi dalam skala besar (tektonisme), serta perubahan energi potensial menjadi energi kinetik dalam ukuran besar dan terjadi secara serentak (gempa).

Lipatan terbentuk oleh gaya tekanan tektonik yang ada di zona-zona dekat pertemuan lempeng di kerak bumi. Pertemuan lempeng secara konvergen memberi tekanan horizontal pada formasi batuan yang ada di sekitarnya. Tekanan horizontal ini memaksa formasi batuan sedimen yang bersifat ductile untuk memendek secara horizontal dan memaksa batuan untuk menekuk, menghasilkan pola seperti gelombang.

Ductile adalah sifat suatu benda yang dapat mengalami deformasi tanpa patah atau retak ketika diberi gaya. Batuan sedimen bersifat ductile karena memiliki ikatan antar partikel yang lemah dan porositas yang tinggi. Batuan sedimen juga memiliki sifat plastisitas, yaitu kemampuan suatu benda untuk mengubah bentuknya sesuai dengan gaya yang diberikan tanpa mengalami kerusakan.

Lipatan hanya terbentuk pada struktur batuan yang bersifat ductile. Pada struktur batuan brittle, gaya tekanan horizontal kerak bumi akan menghasilkan struktur sesar dan kekar. Brittle adalah sifat suatu benda yang mudah patah atau retak ketika diberi gaya. Batuan beku dan metamorf bersifat brittle karena memiliki ikatan antar partikel yang kuat dan porositas yang rendah.

Baca Juga:  Konsep Diri dan Harga Diri: Pengaruh Orang Lain Terhadap Diri Kita

Lipatan juga hanya terbentuk pada kondisi tekanan dan suhu tinggi. Tekanan dan suhu tinggi dapat meningkatkan plastisitas batuan sedimen sehingga lebih mudah menekuk. Tekanan dan suhu tinggi biasanya terdapat di kedalaman bumi yang jauh dari permukaan.

Lipatan dapat dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sinklin, antiklin, dan monoklin. Sinklin adalah lipatan yang berbentuk cekung ke atas atau cembung ke bawah. Antiklin adalah lipatan yang berbentuk cembung ke atas atau cekung ke bawah. Monoklin adalah lipatan yang hanya memiliki satu bidang miring.

Secara geometris, bagian-bagian dari struktur lipatan dapat dibagi menjadi:

Demikianlah penjelasan mengenai apa penyebab terjadinya lipatan pada litosfer. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda!

Pos Terkait:
Baca Juga:  Apa Perbedaan Antara Asimilasi dan Akulturasi?