Tradisi Sekaten: Salah Satu Tradisi Islam Nusantara yang Masih Lestari

Tradisi Sekaten: Salah Satu Tradisi Islam Nusantara yang Masih Lestari

Posted on

Islam adalah agama yang pertama kali masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan dakwah. Islam tidak hanya membawa ajaran-ajaran keagamaan, tetapi juga budaya dan tradisi yang beragam. Para ulama dan wali yang menyebarkan Islam di Nusantara tidak menghapuskan tradisi lokal yang sudah ada, melainkan menyesuaikannya dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, terciptalah tradisi Islam Nusantara yang khas dan berbeda dengan tradisi Islam di daerah lain.

Salah satu tradisi Islam yang masih dilestarikan hingga kini adalah tradisi sekaten. Tradisi ini diselenggarakan secara rutin setahun sekali di Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Tradisi sekaten berasal dari kata syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat yang merupakan rukun Islam pertama. Tradisi ini dimaksudkan untuk mengenang jasa-jasa Walisongo yang berhasil menyebarkan ajaran Islam di Jawa.

Tradisi sekaten berlangsung selama tujuh hari, mulai dari tanggal 5 sampai 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah. Pada hari pertama, para abdi dalem keraton membawa gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogowilogo dari keraton menuju Masjid Agung. Gamelan ini akan dimainkan setiap malam selama tradisi sekaten berlangsung. Suara gamelan ini dipercaya dapat menarik perhatian masyarakat untuk mendengarkan dakwah Islam.

Pada hari terakhir, tradisi sekaten ditutup dengan upacara grebeg maulud. Upacara ini merupakan puncak dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam upacara ini, para abdi dalem keraton membawa gunungan yang berisi hasil bumi, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, kue-kue, dan lain-lain. Gunungan ini kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk rasa syukur dan berkah.

Baca Juga:  Mengapa Senam Ketangkasan Disebut Juga Senam Lantai?

Tradisi sekaten adalah salah satu contoh bagaimana Islam beradaptasi dengan budaya lokal di Nusantara. Tradisi ini tidak hanya menunjukkan kekayaan seni dan budaya, tetapi juga semangat dakwah dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini patut dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa yang memiliki nilai sejarah dan religius.

Pos Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *